Tukang
Cukur yang Meragukan Tuhan
Oleh:
Muhammad Irfan Hasanuddin
Suatu ketika terjadi
dialog anatara seorang tukang cukur dengan pelanggangnya. Dalam dialog tersebut,
sang tukang cukur mengatakan kepada pelanggangnya bahwa sebenarnya Tuhan itu
tidak ada, jadi tidak usah mati-matian beribadah toh bahagia dan tidaknya
seseorang itu ditentukan oleh usahanya sendiri. Bahkan Tuhan hanya menimpakan
musibah, bencana kesusahan dan lain sebagainya. Lagian kalau memang Tuhan itu ada,
pasti akan segera mengijabah do’a-do’a setiap hambanya. Coba pikirkan dimana kehadiran
Tuhan ketika hambanya memohon pertolongan? sahut sang tukang cukur. Mendengarkan
pernyataan tukang cukur tersebut, sang pelanggang hanya tersenyum.
Setelah selesai
dicukur, pelanggang tersebut berjalan ke arah pintu keluar sambil memikirkan pernyataan
tukang cukur tersebut. Tiba-tiba sang pelanggang melihat seorang anak muda yang
berambut panjang, kemudian dia mengajaknya masuk ke tempat cukur. Alhasil,
pelanggang tersebut bertanya kepada sang tukang cukur, ia mengatakan: “Bapak
sudah berapa lama menjadi tukang cukur”?
Tukang cukur : “ya kurang
lebih 20 tahun”
Sang pelanggang : “cukup
lumayan juga ya Pak!, tapi kok masih masih ada orang yang rambutnya panjang? Nah
ini salah satunya saya temukan pas mangkal di depan tempat cukur bapak”!
Tukang cukur :“ya karena dia tidak mau mampir ke tempat cukur saya,
makanya rambutnya panjang. Seandainya dia datang pasti saya cukur sekalipun
tidak punya uang”.
Sang pelanggang : “demikianlah juga Tuhan sebenarnya
sangat dekat dengan hambanya, cuma mereka sendiri yang tidak mau mendekat, bahkan
tidak sedikit yang malah menjauhi Tuhan. Padahal Tuhan sudah memberikan begitu
banyak nikmat-Ny, udara saja yang kita hirup ini kan gratis tidak dipungut
biaya”.
Mendengar
jawaban dari pelanggang tersebut, sang tukang cukur merasa malu serta menyesal
atas pernyataannya, dan ia pun berterimah kasih atas nasehat yang telah diberikan.
Dari dialog di atas, kita bisa belajar bahwa
Tuhan tidak pernah menjauhi hambanya, bahkan ketika seorang hamba berjalan
menemui Tuhan, maka Tuhan akan berlari menuju kepada hambanya. Di dalam al-Qur’an
Surah al-Baqarah ayat 186 Tuhan menjelaskan bahwa ia sangat dekat dengan
hambanya:
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ
فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Terjemah:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Dalam ayat ini terdapat salah satu huruf syarth (suatu huruf yang mensyaratkan sesuatu), yaitu term إذا , yang maknanya diperuntukkan untuk sesuatu
yang diyakini sering kali atau pasti terjadi. Berbeda halnya dengan penggunaan
term إٍنْ , digunakan untuk sesuatu yang diragukan atau
jarang terjadi demikian penjelasan sebahagian Ulama Tafsir. Misalnya dalam QS
al-Baqarah: 180
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ إِن تَرَكَ خَيْرًا ٱلْوَصِيَّةُ لِلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ بِٱلْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى ٱلْمُتَّقِينَ
Terjemah:
“Diwajibkan atas kamu apabila maut hendak
menjemput seseorang di antara kamu, jika
dia meningalkan harta, berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat
dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang bertakwa”.
Ketika ayat di atas menyebutkan kematian (tanda-tandanya),
ia menggunkaan term إذا,
oleh karena hal tersebut merupakan sesuatu yang pasti terjadi, sedangkan ketika
menyebutkan persoalan harta digunakan term إٍنْ karena hal tersebut jarang terjadi, artinya tidak semua
orang meninggalkan harta yang banyak ketika meninggal dunia.
Oleh sebab itu QS al-Baqarah ayat 186 menjadi tuntunan bagi
umat manusia agar senatiasa meyakini bahwa Tuhan akan selalu ada ketika
hambanya memanggil (berdo’a), serta mengijabah segala permohonannya. Namun terkadang
sebahagian manusia kurang sabar atas segala do’a-do’a yang ia panjatkan, bahkan
ia mengukur ukuran (kekuasaan) Tuhan
sama dengan ukuran makhluknya.
Dalam perjalanan kehidupan satu hal yang mesti kita pahami
bahwa Tuhan akan senantiasa memberikan ujian atau cobaan, agar kita bisa menjadi
manusia yang terbaik. Hal inilah yang membedakan ujian kehidupan dengan ujian yang
ada di sekolah. Jika di sekolah (para siswa) sebelum diberikan ujian, maka akan
melalui yang namanya tahapan belajar, namun berbeda halnya dengan persoalan kehidupan,
dimana Tuhan akan memberikan ujian terlebih dahulu agar supaya kita bisa
belajar dari setiap ujian maupun cobaan yang diberikan.
والله أعلم بالصواب
Ternate 20 Juni 2020
Mantul Ustadz Irfan.
BalasHapusSiap Pak trm kasih
HapusPembelajaran yang tdk hanya utk penggunting rambut saja..tapi untuk kita semua
BalasHapusSiap Bu semoga kita semua senantiasa berhusnu dzan kepada Tuhan
Hapus