Semangat Kehidupan
(Filosofi Palu
dan Paku)
oleh:
Muhammad Irfan Hasanuddin
Pagi hari yang
cerah ditemani segelas kopi hangat membuat imajinasi semakin menari-nari. Sebuah
inspirasi pun lahir dari sebuah sumber bunyi yang dihasilkan oleh hasil gesekan
dua benda keras, yaitu antara sebuah paku dan palu. Mata pun tertuju pada
seorang tukang kayu yang dengan kekuatan penuh terus mengayunkan palunya demi menancapkan
paku dengan sempurna. Namun hal itu tidak berjalan dengan mulus. Beberapa buah
paku pun bengkok dan tidak bisa tertancap dengan sempurna, sang tukang pun
mengurangi kekuataan pukulannya demi menancapkan paku tersebut, akan tetapi
tetap saja tidak bisa tertancap dengan sempurna. Bahkan beberapa kali paku
tersebut dicabut kemudian digantikan dengan paku yang lain.
Dari kegiatan
tersebut, setidaknya ada dua hal pelajaran penting yang bisa dipetik dari sang
tukang kayu beserta palunya. Pertama, ujian kehidupan.
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita sering mendapatkan perlakuan yang
tidak mengenakkan entah itu dihina, dipandang sebelah mata, diremehin, diketawain,
dicibir, dinyinyir, dan sebagainya. Namun perlu diingat satu hal bahwa paku yang
bengkok tak akan dipukul hingga menancap. Berbeda halnya dengan paku yang
lurus, akan menerima pukulan yang sangat kuat sampai benar-benar menancap
dengan sempurna.
Olehnya itu
janganlah berkecil hati karena apa yang kita alami sudah menjadi takdir ilahi. Pahit
manis, susah senang, sedih bahagia adalah bahagian dari ujian kehidupan yang
Allah berikan kepada hambanya. Hal itu dilakukan semata-mata hanya ingin melihat
hambanya melakukan amal yang terbaik, sebagaimana dalam QS al-Mulk ayat 2
ٱلَّذِى خَلَقَ
ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ
ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
terjemah:
“Yang
menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun”.
Pada
ayat yang lain Allah mengingatkan kepada kita bahwa Ia akan menguji hambanya
dengan keburukan serta kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam QS al-Anbiya:
35
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ
وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
terjemah:
“setiap
yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami”.
Menurut ulama
Tafsir didahulukannya kata ٱلشَّرّ (keburukan)
kemudian disusul oleh ٱلْخَيْرِ (kebaikan), karena pada umumnya manusia
menganggap bahwa ujian itu adalah segala sesuatu yang mengarah kepada
keburukan. Padahal mereka lupa bahwa terkadang ujian terberat dalam hidup
adalah berupa kenikmatan (kebaikan). Kekayaan, kecerdasan, ketenaran adalah
sebahagian ujian kehidupan yang terkadang membuat manusia lupa akan nikmat yang
telah diberikan. Itu sebabnya ujian dengan kabaikan lebih sulit dari pada ujian
berupa malapetaka (keburukan). Karena terkadang manusia lupa dengan daratan
dikala ia senang, sedangkan bila ia dalam kesulitan, biasanya memiliki dorongan
yang kuat untuk mengingat Allah swt.
Kedua, patah semangat adalah suatu perasaan manusiawi
yang terdapat dalam diri seseorang. Ada satu saat dimana seseorang akan
mengalami yang namanya titik jenuh, baik itu di usia muda, tua, maupun di usia
lanjut. Olehnya itu penyakit seperti ini mesti diantisipasi sedini mungkin agar
tidak menjadi benalu dalam semangat kehidupan.
Dalam sebuah
kompetisi kehidupan, terkadang seseorang yang tidak lagi bisa memberikan
kontribusi maka akan tersisih dengan sendirinya. Ia dibaratkan dengan sebuah
paku bengkok yang tidak bisa lagi menancap dengan sempurna, maka digantikanlah
dengan paku lurus yang diibaratkan seseorang yang lebih memumpuni.
Demikian halnya seseorang
yang bergelut di dunia literasi baik itu Dosen, Mahasiswa, Peneliti dan lain sebagainya,
jika tidak berbenah diri maka tentu ia hanya akan menjadi penikmat literasi, dalam
artian hanya bisa menancapkan semangat literasi tanpa diikuti dengan eksekusi. Olehnya
itu kuatkan tekad, luruskan niat, katakan aku bisa, kalian bisa, kita bisa
jangan menyerah, ini bukan persoalan batasan maupun keterbatasan. Kita semangat
karena memahami bahwa sukses itu sama dengan proses bukan suka protes. Orang yang
mampu mengukir kata akan menggenggam dunia dan akan tetap hidup sekalipun ia
telah mati.
Ternate, 25 Juni 2020.
Mudah mudahan diperbanyak amalan sunnahmya. Karena sunnah Rasul bukan hanya menikah😁 betul?
BalasHapussepakat sekali Pak heheh
HapusSukses itu proses, bukan protes
BalasHapussiap Pak semoga bisa istiqamah dalam segala proses
Hapus