Kamu Bermata Lebah Atau Bermata Lalat ?
Oleh: Muh. Irfan Hasanuddin
Lebah
dan lalat adalah dua makhluk Allah yang
diciptakan dengan berbagai keunikan. Misalnya lebah hidup secara berkoloni yang
jumlahnya bisa mencapai 80.000 ekor yang mayoritas tipekal pekerja.dan uniknya
lagi mereka memiliki pemimpin dari jenis betina, sungguh emansipasi lebah yang
luar biasa.
Ayat yang berbicara tentang lebah bisa kita dapati dalam QS al-Nahl
ayat 68-69
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحْلِ أَنِ
ٱتَّخِذِى مِنَ ٱلْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ ,
ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسْلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ
مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٌ لِّلنَّاسِ ۗ
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ.
Terjemah:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah “Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”
Jika ayat tersebut dicermati, maka kita akan
mendapati sebuah proses kumsumtif yang higenis serta natural. Olehnya itu tidak
salah ketika lebah mengelurkan cairan dari perutnya mengandung khasiat yang
luar biasa. Dan bahkan Nabi SAW pun menganjurkan untuk berobat dengan madu.
Disisi lain Nabi SAW mengibaratkan
orang mukmim itu seperti lebah sebagaimana sabdanya:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ
إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ
طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد
Artinya:
“Demi dzat yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang
selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (diranting)
namun tidak membuatnya patah dan rusak (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Ahmad
Syakir)
Lebah hanya memakan serta mengelurkan yang
baik saja. Demikian halnya orang mukmin dituntut ketika berucap atau berbuat tentunya
dengan sesuatu yang baik pula, sebagaimana lebah yang mengeluarkan madu yang
bermanfaat bagi manusia, tentu orang mukmin juga diharapkan demikian. Sesuai
dengan sabda Nabi SAW yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi orang lain”.
Kelebihan lain lebah adalah pekerja keras,
pantang menyerah dan tidak memakan sesuatu dari hasil pekerjaan lebah lainnya.
Seharusnya seorang manusia juga harus memiliki sifat optimis dalam hidup, ulet,
tak kenal kata menyerah, dan menghargai hasil kinerja orang lain. Bahkan
seorang ulama pernah berkomentar tentang lebah.
ووجه الشبه: حذق النحل، وفِطنته، وقلة أذاه، وحقارته،
ومنفعته، وقنوعه، وسعيه في النهار، وتنزُّهه عن الأقذار، وطيب أكله، وأنه لا يأكل
مِن كسب غيره، وطاعته لأميره، وأن للنحل آفاتٍ تقطعه عن عمله، منها: الظلمة،
والغَيْم، والريح، والدخَان، والماء، والنار، وكذلك المؤمن له آفات تُفقِره عن
عمله؛ ظلمة الغفلة، وغَيْم الشك، وريح الفتنة، ودخَان الحرام، ونار الهوى
Artinya:
“Dan adapun sisi kesamaannya (lebah dan orang mukmin) bahwa lebah
itu cerdas, ia jarang menyakiti, rendah
diri (tawadhu), bermanfaat, selalu merasa cukup (qana’ah), bekerja di waktu
siang, menjauhi kotoran, makanannya halal serta baik, ia tidak memakan sesuatu
dari hasil kinerja lebah yang lainnya, sangat taat kepada pemimpinnya, serta
berhenti dari aktivitas bila ada gelap, mendung, angin, asap, air dan api.
Demikian halnya orang mukmin akan terkena penyakit jika terkena gelapnya
kelalaian, mendungnya adalah sebuah keraguan, angin fitnah, asap haram dan apinya
hawa nafsu”.
Lain halnya dengan lalat yang juga diabadikan dalam al-Qur’an
sebagai pelajaran bagi umat manusia khususnya orang-orang yang mempersekutukan
Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS al-Hajj ayat 73
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن
دُونِ ٱللَّهِ لَن يَخْلُقُوا۟ ذُبَابًا وَلَوِ ٱجْتَمَعُوا۟ لَهُۥ ۖ وَإِن
يَسْلُبْهُمُ ٱلذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ
وَٱلْمَطْلُوبُ
Terjemah:
“Hai sekalian manusia, telah dibuat perumpamaan,
maka dengarkanlah perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu datangi (berdo’a)
selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun
mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka
tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang
menyembah dan amat lemah (pulahlah) yang disembah.”
Pada ayat tersebut, Allah jadikan lalat sebagai perumpamaan. Oleh
karena makhluk tersebut kadang dianggap remeh, lemah, kotor serta menjijikkan.
Akan tetapi dibalik semua itu lalat mempunyai sebuah kelebihan yang tidak
dimiliki oleh makhluk lainnya. Antara lain sayapnya yang mengandung penyakit
(virus) namun sayap yang lain menjadi penawar. Sebagaimana hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : إِذَا وَقَعَ
الذُّبَابُ فِيْ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ ثُمَّ لِيَطْرَحْهُ
فَإِنَّ فِيْ إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِيْ الآخَرِ شِفَاءً
Artinya:
“Dari Abu Hurairah bahwa sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: “apabila seekor lalat masuk kedalam bejana kalian,
maka hendaklah dicelupkan semuanya kemudian dibiarkan, karena pada salah satu
sayapnya mengandung penyakit dan sayap
yang lainnya adalah obat (penawar)”. (HR al-Bukhari’)
Ibnu Qayyim al-Jauzi dalam kitabnya al-Tib al-Nabawi, mengomentari
hadis ini, Ia mengatakan bahwa hadis tersebut mengandung dua hal yaitu
persoalan fiqhi dan medis. Mengenai persoalan fiqhi, hadis ini menjadi dalil
bahwa lalat yang mati dalam bejana tidak menyebabkan isinya (airnya) menjadi
najis. Adapun dari sisi medisnya, bahwa ketika seekor lalat hinggap dalam
bejana yang berisikan air, maka tenggelamkanlah (celupkanlah) karena salah satu sayapnya mengandung penawar
dari racun (virus) yang dibawahnya.
Lalat dijuluki binatang pemberani oleh karena tidak kenal
yang namanya kata menyerah, hal ini dibuktikan ketika kita mengusir lalat,
awalnya lalat itu pergi akan tetapi dengan cepat ia akan kembali lagi. Demikian
juga seharusnya seorang manusia diharapkan mempunyai sikap optimisme, pantang
menyerah, jika terjatuh ia akan segera
bangkit dan memulai kembali dengan semangat yang baru.
Dari sekian banyak kelebihan yang ditorehkan oleh lebah dan
lalat, ternyata ada satu hal pelajaran penting yang bisa kita dapat dari perbedaan
kedua makhluk tersebut, bahwa mata
lebah akan mencari bunga meskipun berada di tempat sampah, dan mata lalat akan
mencari sampah sekalipun berada ditaman bunga.
Demikian manusia ada tipe mata lebah dan ada juga mata lalat.
Meskipun datang berbagai pertolongan maka mata lalat akan senantiasa mencari keburukan.
Namun mata lebah pasti dia menemukan kebaikan. Olehnya itu tidak akan berubah
nasib seseorang sebelum merubah cara pandangnya. Meskipun sejuta pertolongan
diberikan kalau orang tersebut bermata lalat maka yang dicari hanyalah
keburukan, begitu pula sebaliknya. Dan hanya
yang bermata lebah yang mampu menemukan segala kebaikan.
Wallahu ‘Alam
bi al-Shawab.
Ternate, 13 Juni 2020
Uraian yang mengesan, perumpamaan yg inspiratif. Tak terpikirkan oleh ahli biologi.
BalasHapusSyang nya Ust bnyak yg tak suka (di) Madu 😅
Hapus