Oleh:
Muhammad Irfan Hasanuddin
Setelah Nabi
mengaminkan do’a Malaikat Jibril yang pertama, maka ia pun melanjutkan do’anya
yang kedua. Malaikat Jibril mengatakan: “barang siapa yang mendapati kedua
orang tuanya atau salah satunya masih hidup, kemudian belum sempat berbuat baik kepadanya atau salah satunya, lalu ia meninggal dunia maka masukkanlah ke dalam api neraka, dan Allah
menjauhkannya (dari surga), kemudian Rasulullah pun mengucapkan amin”.
Do’a
Malaikat Jibril yang kedua ini di perutuhkan kepada seorang anak yang tidak
tahu berbakti kepada kedua orang tuanya. Padahal andai kata ada yang berhak
kita sembah selain Allah maka tentu akan ditujukan kepada kedua orang tua.
Allah SWT berfirman dalam QS al-Isra’: 23
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ
وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ
أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا
وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Terjemah:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu Bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antaranya atau keduanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
Ayat ini memberikan informasi kepada kita tentang kewajiban
utama setelah menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya yaitu berbakti kepada
kedua orang tua. Tentu yang dimaksud dalam konteks ayat ini adalah orang tua
kandung sesuai dengan penggunaan term ٱلْوَٰلِدَيْنِ , baik itu ayah ٱلْوَٰلِد) ( maupun
ٱلْوَٰلِدَة (Ibu). Berbeda halnya dengan term اَبٌ (ayah) maupun term اُمٌّ (Ibu) yang bermakna umum, artinya bisa jadi yang dimaksud
adalah ayah atau ibu dari garis keilmuan bukan dari garis keturunan.
Kewajiban untuk berbakti kepada kedua orang tua tergambar
pada penggunaan term إِحْسَٰنًا (ihsanan), yang mana term ini
digunakan untuk dua hal. Pertama, memberi nikmat kepada
pihak lain dan kedua, adalah perbuatan baik. Berbeda
dengan term حَسَنٌ
(hasanun) yang hanya berarti baik. Olehnya itu term tersebut memiliki
makna lebih luas dari sekedar kata baik, memberi nikmat atau memberi nafkah.
Demikian penjelasan Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Mu’jam Mufradat
al-Fadz al-Qur’an.
Ihsan yang dalam bahasa keseharian kita adalah bakti kepada
orang tua, yang oleh agama memerintahkan untuk bersikap sopan kepada keduanya
baik itu dari segi ucapan maupun perbuatan. Ketika al-Qur’an berbicara
tentang orang tua biasanya di pakai
huruf penghubung Bi ( ب )
yang mengandung makna ( إلصاق )
atau kelekatan. Berbeda halnya ketika penggunaan kata إلي)) yang mengandung makna jarak. Hal
ini diharapakan kepada seorang anak agar mampu melekatkan hatinya kepada orang
tua.
Salah satu ujian berat bagi seorang anak adalah ketika
mendapati orang tuanya dalam keadaan usia lanjut, dimana ia dituntut untuk
memberikan pelayanan yang penuh dengan kasih sayang serta mengindari kata-kata
yang kasar atau yang dapat melukai perasaannya. Ada yang memahami bahwa term أفٍ tidak
hanya sebatas mengatakan “ah”, akan tetapi maknanya bisa lebih dari itu.
Artinya segala sesuatu yang dapat membuat hati atau perasaan orang tua (ibu/bapak)
kecewa, maka masuk dalam kategori أفٍ.
Hal ini ditegaskan agar seorang anak mampu menjaga akhlak kepada kedua orang
tuanya.
Do’a malaikat Jiibril yang kedua ini memberikan tuntunan kepada kita bahwa betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua, dan tidak boleh
mendurhakainya. Sebab jangankan masuk ke dalam surga, mencium baunya saja tidak
akan mampu bagi anak yang durhaka kepada kedua orang tua demikian penjelasan
Nabi dalam salah satu hadisnya.
Selanjutnya malaikat Jibril melanjutkan do’anya yang ketiga,
ia mengatakan bahwa “barangsiapa yang mendengarkan namamu disebut wahai Rasulullah,
lalu dia tidak bershalawat kepadamu, ketika ia meninggal masukkanlah ke
dalam neraka”, maka Nabi pun mengucapkan amin.
Demikianlah do’a malaikat jibril yang diaminkan oleh Rasulullah
saw. Tentunya do’a ini pasti diijabah, sebab yang berdo’a adalah makhluk yang
tidak pernah ingkar, dan yang mengaminkan adalah manusia yang
paling dekat dengan Allah swt. Wallahu ‘alam bish shawab.
Ternate, 30 Juni 2020