Senin, 29 Juni 2020

Do'a Malaikat Jibril (Bahagian 2)

Do'a Malaikat Jibril (Bahagian 2)

Menghormati Ortu

Oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin

Setelah Nabi mengaminkan do’a Malaikat Jibril yang pertama, maka ia pun melanjutkan do’anya yang kedua. Malaikat Jibril mengatakan: “barang siapa yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya masih hidup, kemudian belum sempat berbuat baik kepadanya atau salah satunya, lalu ia meninggal dunia maka masukkanlah ke dalam api neraka, dan Allah menjauhkannya (dari surga), kemudian Rasulullah pun mengucapkan amin”.

Do’a Malaikat Jibril yang kedua ini di perutuhkan kepada seorang anak yang tidak tahu berbakti kepada kedua orang tuanya. Padahal andai kata ada yang berhak kita sembah selain Allah maka tentu akan ditujukan kepada kedua orang tua. Allah SWT berfirman dalam QS al-Isra’: 23

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Terjemah:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antaranya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.

Ayat ini memberikan informasi kepada kita tentang kewajiban utama setelah menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya yaitu berbakti kepada kedua orang tua. Tentu yang dimaksud dalam konteks ayat ini adalah orang tua kandung sesuai dengan penggunaan term ٱلْوَٰلِدَيْنِ , baik itu ayah ٱلْوَٰلِد) ( maupun  ٱلْوَٰلِدَة (Ibu). Berbeda halnya dengan term  اَبٌ  (ayah) maupun term  اُمٌّ (Ibu) yang bermakna umum, artinya bisa jadi yang dimaksud adalah ayah atau ibu dari garis keilmuan bukan dari garis keturunan.

Kewajiban untuk berbakti kepada kedua orang tua tergambar pada penggunaan term إِحْسَٰنًا (ihsanan), yang mana term ini digunakan untuk dua hal. Pertama, memberi nikmat kepada pihak lain dan kedua, adalah perbuatan baik. Berbeda dengan term حَسَنٌ  (hasanun) yang hanya berarti baik. Olehnya itu term tersebut memiliki makna lebih luas dari sekedar kata baik, memberi nikmat atau memberi nafkah. Demikian penjelasan Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Mu’jam Mufradat al-Fadz al-Qur’an.

Ihsan yang dalam bahasa keseharian kita adalah bakti kepada orang tua, yang oleh agama memerintahkan untuk bersikap sopan kepada keduanya baik itu dari segi ucapan maupun perbuatan. Ketika al-Qur’an berbicara tentang  orang tua biasanya di pakai huruf penghubung Bi ( ب ) yang mengandung makna ( إلصاق ) atau kelekatan. Berbeda halnya ketika penggunaan kata  إلي)) yang mengandung makna jarak. Hal ini diharapakan kepada seorang anak agar mampu melekatkan hatinya kepada orang tua.

Salah satu ujian berat bagi seorang anak adalah ketika mendapati orang tuanya dalam keadaan usia lanjut, dimana ia dituntut untuk memberikan pelayanan yang penuh dengan kasih sayang serta mengindari kata-kata yang kasar atau yang dapat melukai perasaannya. Ada yang memahami bahwa term  أفٍ tidak hanya sebatas mengatakan “ah”, akan tetapi maknanya bisa lebih dari itu. Artinya segala sesuatu yang dapat membuat hati atau perasaan orang tua (ibu/bapak) kecewa, maka masuk dalam kategori أفٍ. Hal ini ditegaskan agar seorang anak mampu menjaga akhlak kepada kedua orang tuanya.

Do’a malaikat Jiibril yang kedua ini memberikan tuntunan kepada kita bahwa betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua, dan tidak boleh mendurhakainya. Sebab jangankan masuk ke dalam surga, mencium baunya saja tidak akan mampu bagi anak yang durhaka kepada kedua orang tua demikian penjelasan Nabi dalam salah satu hadisnya.

Selanjutnya malaikat Jibril melanjutkan do’anya yang ketiga, ia mengatakan bahwa “barangsiapa yang mendengarkan namamu disebut wahai Rasulullah, lalu dia tidak bershalawat kepadamu,  ketika ia meninggal masukkanlah  ke dalam neraka”, maka Nabi pun mengucapkan amin.

Demikianlah do’a malaikat jibril yang diaminkan oleh Rasulullah saw. Tentunya do’a ini pasti diijabah, sebab yang berdo’a adalah makhluk yang tidak pernah ingkar, dan yang mengaminkan adalah manusia yang paling dekat dengan Allah swt. Wallahu ‘alam bish shawab.

 

Ternate, 30 Juni 2020

 


Sabtu, 27 Juni 2020

Jangan Pernah Memandang Remeh Seseorang

Mouse Guard: The Black Axe Review - That Shelf

Jangan Pernah Memandang Remeh Seseorang

Oleh: Muhaammad Irfan Hasanuddin

 

Suatu ketika ada sebuah  kapal yang sementara berlabuh, dan diatas kapal itu terdapat  4 ekor hewan yang ikut menemani sang nahkoda. Hewan tersebut  adalah ayam, gajah, harimau dan tikus. Suatu hari keempat hewan itu berkumpul dan menceritakan kehebatan masing-masing.

Ayampun berkata  "aku selalu memberi telur kepada nahkoda kita. Berkat aku, dia dapat makan yang enak lagi bergizi." Mendengar perkataan ayam tersebut, gajahpun tak mau kalah ia mengatakan "aku kuat, dan selalu membantu nahkoda kita untuk mengangkat barang-barang yang berat." Kemudian sang harimau menimbrung "Kalau aku terkenal sakti dan selalu memenangkan setiap pertempuran, aku selalu melindungi nahkoda kita dari serangan bajak laut dan orang-orang jahat".

Ketiga hewan tersebut telah mengungkapkan kelebihannya masing-masing, namun hanya tikus yang terdiam. Ketiga hewan tersebut memandanginya dan mengatakan: "tikus apa fungsimu di sini, hanya engkau yang tak mempunyai kelebihan, hahahaha". (terdengar suara ejekan kepada tikus tersebut).

Tidak berselang lama setelah itu, kapal tersebut menabrak sebongkah karang dan akhirnya mengalami kebocoran. Keempat hewan tersebut beserta nahkodanya pun panik. Mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan karena lokasi kebocoran berada di tempat yang tersembunyi  sehingga sangat sulit untuk menemukannya. Tikuspun berpikir sejenak kemudian berkata : "Teman-teman mungkin inilah saatnya aku dapat berguna bagi kalian." Lalu tikus itu mulai bergerak. Dengan tubuh mungil dan lonjongnya  dengan mudah ia masuk ke sela-sela kayu untuk menemukan sumber kebocoran tersebut kemudian memperbaiki kerusakannya. Akhirnya selamatlah seluruh penumpang yang ada di atas kapal tersebut dan kebocorannya pun dapat teratasi.

Sang Nahkodapun merasa senang dan ia berkata: "Untung ada kamu tikus, kalau tidak kita bisa celaka". Ketiga temannya pun tertunduk malu karena mereka telah mengejek serta memendang remeh tikus tersebut.

Demikianlah Tuhan telah memberikan kepada kita  berbagai kelebihan  masing masing. Hanya terkadang kita kurang menyadarinya, bahkan cenderung tidak memahami bakat yang kita miliki. Oleh sebab itu mestinya diyakini bahwa tidak ada yang Allah ciptakan di muka bumi ini dengan sia-sia. Sebagaimana firman Allah dalam QS Ali Imran: 190-191

 

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Terjemah:                                        

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

Dari kisah ini kita bisa belajar bahwa jangan pernah memandang remeh makhluk Allah apalagi seorang manusia, karena segala sesuatu yang Ia ciptakan tentu mempunyai kelebihan masing-masing, dan janganlah mengejek serta saling merendahkan tetapi saling melengkapilah untuk hidup yang lebih baik.

 

 

Ternate, 28 Juni 2020


Mouse Guard: The Black Axe Review - That Shelf

Jumat, 26 Juni 2020

Kesuksesan Yang Tertunda

Kesuksesan Yang Tertunda

Jurgen Klopp: Jangan Bicara Soal Liverpool Juara Liga Champions ...

Oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin

 

Salah satu headline news media elektronik maupun cetak minggu ini adalah perayaan Liverpool sebagai juara EPL (English Premier League) atau liga utama Inggris. Kekalahan Manchester City dari Chelsea mengantarkan Liverpool menjadi juara EPL musim 2019/2020 setelah puasa gelar selama 30 tahun yang terakhir kali ia raih pada tahun 1990. Sungguh penantian yang luar biasa. Kerja keras, kolektifitas, serta dukungan baik itu dari sprorter, pelatih, official maupun kerabat keluarga tentu ikut andil dalam peraihan gelar tersebut.

Kesuksesan club Liverpool sebagai juara, menjadi inspirasi tersendiri bagi kita. Bahwa terkadang kesuksesan itu bisa berasal dari tangan orang lain. saya teringat salah satu pepatah leluhur yang mengatakan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh 4 tangan yaitu: garis Tangan (takdir), angkat Tangan (do’a dan usaha), tanda Tangan (perantara), dan jabat Tangan (pandai berterima kasih).

Garis tangan menjadi yang paling utama dalam hal kesuksesan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Allah swt telah menentukan rezki, ajal, kebahagiaan, termasuk kesuksesan seseorang. Menurut sebahagian ulama, bahwa takdir yang Allah telah tentukan bisa kita diubah dengan angkat tangan atau do’a dan usaha. Sebagaimana firman Allah dalam QS  Ar-Rad ayat 11

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

Terjemah:

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.

Ayat ini menjadi isyarat bahwa Allah tidak akan merubah keadaan seseorang (nasib) melainkan ia merubahnya sendiri. Olehnya itu peran ikhtiar dalam perjalanan hidup tentu menjadi modal utama seseorang dalam mencapai kehidupan yang lebih baik.

Setelah do’a dan usaha dilakukan, tahapan selanjutnya adalah tanda tangan. Hal ini dimaknai dengan adanya campur tangan orang lain. yang saya maksudkan disini bukanlah  istilah nepotisme, melainkan adanya campur tangan orang lain, entah itu dari keluarga, sahabat, rekan kerja termasuk orang-orang yang membenci kita. Bukankah chelsea salah satu rival abadi dari Liverpool?, tetapi ia merberikannya gelar juara dengan mengalahkan mancester city. Inilah yang saya maksudkan bahwa terkadang kesuksesan itu berasal dari tangan orang lain. di sisi lain agama mengajarkan kepada kita bahwa jika ingin memiliki rezki yang luas serta umur yang panjang, maka jalinlah tali silaturrahim. Sebagaimana hadis Nabi saw:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya:

"barang siapa yang ingin diluaskan rezkinya, dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah silaturrahim." (HR Bukhari).

Ulama memberikan penjelasan mengenai hadis ini, bahwa menjalin silaturrahim dapat meluaskan rezki seseorang serta memanjangkan umur, artinya dapat memberikan kemudahan termasuk dalam hal pekerjaan. Dan orang-orang yang berada disekitar kita akan menjadi perantara Allah untuk memberikan kesuksesan.

Setelah meraih kesuksesan tentu kita diharapkan untuk tidak lupa akan daratan. Sebab terkadang kesuksesan dapat membutakan mata hati seseorang dan lupa berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantunya. Seorang anak misalnya, ketika ia sudah meraih kesuksesan, maka ia wajib berterima kasih kepada kedua orang tuanya. Dalam bahasa al-Qur’an dikenal dengan istilah ihsanan, yaitu berbuat yang lebih baik dari apa yang pernah orang tua lakukan. Hal tersebut tidak dimaknai dengan balas jasa, akan tetapi hanya sekedar berbuat baik atau berbakti kepadanya, sebab seorang anak tentu tidak akan mampu membalas jasa-jasa orang tuanya.  

Poin terakhir dari kesuksesan Liverpool adalah adanya kerja keras yang disandingkan dengan kesabaran dalam penantian. Tentu kesuksesan itu tidak diraih secara instan melainkan dengan berbagai tahapan. Olehnya itu teruslah berjuang, raihlah cita-cita setinggi mungkin jika terjatuh teruslah bangkit, jika gagal teruslah mencoba, karena kesempatan akan selalu ada bagi orang yang mau berusaha. Dan tentunya kesuksesan akan selalu menantikan para pemiliknya.

 

Ternate, 27 Juni 2020


Rabu, 24 Juni 2020

Semangat Kehidupan (Filosofi Palu dan Paku)


Semangat Kehidupan

(Filosofi Palu dan Paku)

Mukhtar 4mfat : Filosofi Palu Melihat Paku

oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin

 

Pagi hari yang cerah ditemani segelas kopi hangat membuat imajinasi semakin menari-nari. Sebuah inspirasi pun lahir dari sebuah sumber bunyi yang dihasilkan oleh hasil gesekan dua benda keras, yaitu antara sebuah paku dan palu. Mata pun tertuju pada seorang tukang kayu yang dengan kekuatan penuh terus mengayunkan palunya demi menancapkan paku dengan sempurna. Namun hal itu tidak berjalan dengan mulus. Beberapa buah paku pun bengkok dan tidak bisa tertancap dengan sempurna, sang tukang pun mengurangi kekuataan pukulannya demi menancapkan paku tersebut, akan tetapi tetap saja tidak bisa tertancap dengan sempurna. Bahkan beberapa kali paku tersebut dicabut kemudian digantikan dengan paku yang lain.

Dari kegiatan tersebut, setidaknya ada dua hal pelajaran penting yang bisa dipetik dari sang tukang kayu beserta palunya. Pertama, ujian kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita sering mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan entah itu dihina, dipandang sebelah mata, diremehin, diketawain, dicibir, dinyinyir, dan sebagainya. Namun perlu diingat satu hal bahwa paku yang bengkok tak akan dipukul hingga menancap. Berbeda halnya dengan paku yang lurus, akan menerima pukulan yang sangat kuat sampai benar-benar menancap dengan sempurna.

Olehnya itu janganlah berkecil hati karena apa yang kita alami sudah menjadi takdir ilahi. Pahit manis, susah senang, sedih bahagia adalah bahagian dari ujian kehidupan yang Allah berikan kepada hambanya. Hal itu dilakukan semata-mata hanya ingin melihat hambanya melakukan amal yang terbaik, sebagaimana dalam QS al-Mulk ayat 2

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

terjemah:

“Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun”.

Pada ayat yang lain Allah mengingatkan kepada kita bahwa Ia akan menguji hambanya dengan keburukan serta kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam QS al-Anbiya: 35

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

terjemah:

“setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami”.

Menurut ulama Tafsir didahulukannya kata ٱلشَّرّ (keburukan) kemudian disusul oleh ٱلْخَيْرِ (kebaikan), karena pada umumnya manusia menganggap bahwa ujian itu adalah segala sesuatu yang mengarah kepada keburukan. Padahal mereka lupa bahwa terkadang ujian terberat dalam hidup adalah berupa kenikmatan (kebaikan). Kekayaan, kecerdasan, ketenaran adalah sebahagian ujian kehidupan yang terkadang membuat manusia lupa akan nikmat yang telah diberikan. Itu sebabnya ujian dengan kabaikan lebih sulit dari pada ujian berupa malapetaka (keburukan). Karena terkadang manusia lupa dengan daratan dikala ia senang, sedangkan bila ia dalam kesulitan, biasanya memiliki dorongan yang kuat untuk mengingat Allah swt.

Kedua, patah semangat adalah suatu perasaan manusiawi yang terdapat dalam diri seseorang. Ada satu saat dimana seseorang akan mengalami yang namanya titik jenuh, baik itu di usia muda, tua, maupun di usia lanjut. Olehnya itu penyakit seperti ini mesti diantisipasi sedini mungkin agar tidak menjadi benalu dalam semangat kehidupan.  

Dalam sebuah kompetisi kehidupan, terkadang seseorang yang tidak lagi bisa memberikan kontribusi maka akan tersisih dengan sendirinya. Ia dibaratkan dengan sebuah paku bengkok yang tidak bisa lagi menancap dengan sempurna, maka digantikanlah dengan paku lurus yang diibaratkan seseorang yang lebih memumpuni.

Demikian halnya seseorang yang bergelut di dunia literasi baik itu Dosen, Mahasiswa, Peneliti dan lain sebagainya, jika tidak berbenah diri maka tentu ia hanya akan menjadi penikmat literasi, dalam artian hanya bisa menancapkan semangat literasi tanpa diikuti dengan eksekusi. Olehnya itu kuatkan tekad, luruskan niat, katakan aku bisa, kalian bisa, kita bisa jangan menyerah, ini bukan persoalan batasan maupun keterbatasan. Kita semangat karena memahami bahwa sukses itu sama dengan proses bukan suka protes. Orang yang mampu mengukir kata akan menggenggam dunia dan akan tetap hidup sekalipun ia telah mati.

 

Ternate, 25 Juni 2020.



Senin, 22 Juni 2020

OPTIMISME

OPTIMISME

Kata Kata Motivasi : Cinta, Islami, Sukses, Kerja, Lucu, Belajar ...

Oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin

 

Salah satu ajaran dalam agama Islam adalah memliki semangat optimisme. Menurut ahli bahasa bahwa kata optimisme  adalah sebuah paham  keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang  baik,  menyenangkan  serta selalu memiliki harapan yang baik dalam segala hal. Demikian halnya dalam agama kita dituntut untuk selalu memiliki semangat optimisme. Namun pada realitanya terkadang  kita dihantui dengan perasaan gagal, takut bangkrut, tidak lulus, tidak diterima, tidak mampu, tidak bisa memberikan yang terbaik, tidak bisa menulis, karya kurang bagus, tidak menarik, dan masih banyak lagi kalimat-kalimat yang  mamapu membuat semangat kita jadi ciut.

Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa seorang hamba  dituntut agar tidak berputus asa terhadap rahmat Allah, meskipun  ia telah berlumuran dosa. Sebagaimana firman Allah dalam QS az Zumar: 53

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Terjemah:

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Sebahagian ulama tafsir memahami ayat ini bahwa seorang hamba dituntut untuk memiliki sifat optimis yang dalam bahasa agama dikenal dengan istilah tafa’ul. Jika dianalisis secara seksama, maka kita akan mendapati seruan dari Allah kepada Rasul-Nya agar menyampaikan secara langsung mengenai sebuah harapan (rahmat) yang akan diberikan kepada setiap hambanya, sekalipun ia berlumuran dosa.

Istilah tafa’ul ini sangat dekat dengan makna  husnu  dzan (berprasangka baik), misalnya ketika kita sedang menjenguk orang yang sedang sakit, kadang kita mengatakan: “penyakit kamu tidak parah, dulu tetangga saya juga punya penyakit  seperti ini, dan akhirnya sembuh. Jadi tidak usah khawatir insya Allah sebentar lagi penyakitmu  akan sembuh ini hanya persoalan waktu saja”,  Padahal   ia sudah divonis oleh Dokter bahwa  usianya  tidak lama lagi, akan tetapi kita terus menyemangatinya

Imam  Mawardi mengatakan bahwa tafa’ul adalah sebuah penguatan terhadap niat,  dalam artian menjadi pendorong untuk melakukan kebaikan serta penolong untuk meraih kemenangan. Disamping itu juga sebagai bentuk lapang dada agar seorang mukmin senantiasa ber husnu dzan (prasangka baik) kepada Tuhannya, serta menjadi usaha unutuk menempatkan diri dalam kebaikan.

Lawan kata dari tafa’ul adalah tathayyur. Jika tafa’ul diidentikkan dengan husnu dzan, maka tathayyur adalah  su’u dzan. Rasulullah SAW  pernah menegaskan dalam sebuah sabdanya bahwa:

لاَ طِيَرَةَ وَخَيْرُهَا الْفَأْلُ. قِيلَ: يَا رَسُولَ اللّهِ وَمَا الْفَأْلُ؟ قَالَ: الْكَلِمَةُ الصَّالِحَةُ يَسْمَعُهَا أَحَدُكُمْ

 

Artinya:

“Tidak ada thiyarah, dan sebaik-baik thiyarah adalah al-Fa’l. Ditanyakan (oleh Sahabat): Wahai Rasulullah apa yang dimaksud  dengan fa’l ? Beliau menjawab: “Yaitu kata-kata baik yang didengar oleh salah seorang kamu.” (Lihat Shahih Bukhari: 5422, 5423, Muslim: 2223)

Term thiyarah dalam  hadis tersebut adalah merasa pesimis dan bernasib sial karena burung. Demikian penjelasan ulama hadis mengenai asbab wurudnya. Konon pada zaman  jahiliyah,  jika seseorang  mempunyai suatu  hajat, maka ia akan melihat arah mana yang dituju oleh burung yang sementara terbang lalu mereka akan mengikutinya.  Jika burung tersebut terbang ke arah  kanan, maka ia akan merasa optimis dan segera melanjutkan niatnya. Akan tetapi jika burung tersebut terbang ke arah kiri, maka ia merasa pesimis kemudian kembali ke rumahnya dan  tidak akan melanjutkan  niatnya. Setelah Islam datang,  maka tradisi seperti ini pun tidak lagi dipakai oleh masyarakat mekah.

Seiring berjalnnya waktu, term  thiyarah ini pun mengalami pergeseran makna, yaitu diartikan sebagai perasaan pesimis secara mutlak, entah itu melihat burung atau melhat yang lainnya. Olehnya itu Rasulullah menjelaskan bahwa sebaik-baik thiyarah  adalah fa’l, maksudnya jika memang betul  adanya seperti yang  mereka pahami bahwa sesuatu itu memiliki pengaruh, maka sebaik-baik yang memiliki pengaruh adalah ucapan baik yang ia dengar dan membuahkan perasaan optimis serta memprediksi akan terwujudnya kebaikan.

Demi Masa Depanmu, 5 Alasan Kenapa Dosen Pembimbing Kadang ...

Dalam konteks kinerja dosen untuk menghasilkan sebuah karya di bidang literasi, dibutuhkan yang namanya rasa optimis. Tentu tidak  mudah  membangkitkan semangat tersebut, olehnya itu berbagai cara bisa ditempuh, salah satunya adalah saling menyemangati serta memberi motivasi agar bisa terus mengukir prestasi. Motivasi saja tidaklah cukup, mesti ditopang oleh kemauan  keras serta kesabaran yang extra. Olehnya itu berbuatlah dengan segera jangan pernah menunda-nunda,  karena  perjalanan  hidup masih panjang, dan tentunya harapan akan selalu ada bagi yang  tidak berputus asa. Maka ingatlah satu hal bahwa nasib seseorang tidak akan berubah selama ia tidak merubah cara pandangnya dalam hidup.

 

 

Ternate, 23 Juni 2020

 


Jumat, 19 Juni 2020

Tukang Cukur yang Meragukan Tuhan

Tukang Cukur yang Meragukan Tuhan


Foto : Akibat Covid-19, Mayoritas Usaha Pangkas Rambut Garut di ...


Oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin

 

Suatu ketika terjadi dialog anatara seorang tukang cukur dengan pelanggangnya. Dalam dialog tersebut, sang tukang cukur mengatakan kepada pelanggangnya bahwa sebenarnya Tuhan itu tidak ada, jadi tidak usah mati-matian beribadah toh bahagia dan tidaknya seseorang itu ditentukan oleh usahanya sendiri. Bahkan Tuhan hanya menimpakan musibah, bencana kesusahan dan lain sebagainya. Lagian kalau memang Tuhan itu ada, pasti akan segera mengijabah do’a-do’a setiap hambanya. Coba pikirkan dimana kehadiran Tuhan ketika hambanya memohon pertolongan? sahut sang tukang cukur. Mendengarkan pernyataan tukang cukur tersebut, sang pelanggang  hanya tersenyum.

Setelah selesai dicukur, pelanggang tersebut berjalan ke arah pintu keluar sambil memikirkan pernyataan tukang cukur tersebut. Tiba-tiba sang pelanggang melihat seorang anak muda yang berambut panjang, kemudian dia mengajaknya masuk ke tempat cukur. Alhasil, pelanggang tersebut bertanya kepada sang tukang cukur, ia mengatakan: “Bapak sudah berapa lama menjadi tukang cukur”?

Tukang cukur              : “ya kurang lebih 20 tahun”

Sang pelanggang    : “cukup lumayan juga ya Pak!, tapi kok masih masih ada orang yang rambutnya panjang? Nah ini salah satunya saya temukan pas mangkal di depan tempat cukur bapak”!

Tukang cukur              :“ya karena dia tidak mau mampir ke tempat cukur saya, makanya rambutnya panjang. Seandainya dia datang pasti saya cukur sekalipun tidak punya uang”.

Sang pelanggang     : “demikianlah juga Tuhan sebenarnya sangat dekat dengan hambanya, cuma mereka sendiri yang tidak mau mendekat, bahkan tidak sedikit yang malah menjauhi Tuhan. Padahal Tuhan sudah memberikan begitu banyak nikmat-Ny, udara saja yang kita hirup ini kan gratis tidak dipungut biaya”.

Mendengar jawaban dari pelanggang tersebut, sang tukang cukur merasa malu serta menyesal atas pernyataannya, dan ia pun berterimah kasih atas nasehat yang telah diberikan.

 Dari dialog di atas, kita bisa belajar bahwa Tuhan tidak pernah menjauhi hambanya, bahkan ketika seorang hamba berjalan menemui Tuhan, maka Tuhan akan berlari menuju kepada hambanya. Di dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 186 Tuhan menjelaskan bahwa ia sangat dekat dengan hambanya:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Terjemah:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.

Dalam ayat ini terdapat salah satu huruf syarth (suatu huruf yang mensyaratkan sesuatu), yaitu term  إذا , yang maknanya diperuntukkan untuk sesuatu yang diyakini sering kali atau pasti terjadi. Berbeda halnya dengan penggunaan term إٍنْ , digunakan untuk sesuatu yang diragukan atau jarang terjadi demikian penjelasan sebahagian Ulama Tafsir. Misalnya dalam QS al-Baqarah: 180

كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ إِن تَرَكَ خَيْرًا ٱلْوَصِيَّةُ لِلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ بِٱلْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى ٱلْمُتَّقِينَ


Terjemah:

“Diwajibkan atas kamu apabila maut hendak menjemput seseorang di antara kamu, jika  dia meningalkan harta, berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang bertakwa”.

Ketika ayat di atas menyebutkan kematian (tanda-tandanya), ia menggunkaan term إذا, oleh karena hal tersebut merupakan sesuatu yang pasti terjadi, sedangkan ketika menyebutkan persoalan harta digunakan term إٍنْ karena hal tersebut jarang terjadi, artinya tidak semua orang meninggalkan harta yang banyak ketika meninggal dunia.

Oleh sebab itu QS al-Baqarah ayat 186 menjadi tuntunan bagi umat manusia agar senatiasa meyakini bahwa Tuhan akan selalu ada ketika hambanya memanggil (berdo’a), serta mengijabah segala permohonannya. Namun terkadang sebahagian manusia kurang sabar atas segala do’a-do’a yang ia panjatkan, bahkan ia mengukur ukuran (kekuasaan)  Tuhan sama dengan ukuran makhluknya.

Dalam perjalanan kehidupan satu hal yang mesti kita pahami bahwa Tuhan akan senantiasa memberikan ujian atau cobaan, agar kita bisa menjadi manusia yang terbaik. Hal inilah yang membedakan ujian kehidupan dengan ujian yang ada di sekolah. Jika di sekolah (para siswa) sebelum diberikan ujian, maka akan melalui yang namanya tahapan belajar, namun berbeda halnya dengan persoalan kehidupan, dimana Tuhan akan memberikan ujian terlebih dahulu agar supaya kita bisa belajar dari setiap ujian maupun cobaan yang diberikan.

والله أعلم بالصواب

 


Ternate 20 Juni 2020


Senin, 15 Juni 2020

Pekerjaan Kita sama Tapi Ko’ Gajinya Beda?

Dialog Jokower VS Orang Waras | PORTAL ISLAM

Pekerjaan Kita sama Tapi Ko’ Gajinya Beda?

Oleh : Muhammad Irfan Hasanuddin

 

Suatu ketika seorang Dokter sedang mendatangi sebuah bengkel mobil untuk memperbaiki mobilnya, dan ia pun mengkonsultasikan tentang kerusakan mobilnya tersebut kepada salah seorang Montir. Alhasil kerusakan pada mobil Dokter tersebut mulai ditangani.

Tidak berselang lama, Montir tersebut berdialog kepada sang Dokter dengan tersenyum ia pun mengatakan: “ profesi dokter itu sangat mulia ya, tentu tidak gampang meraih predikat seperti itu, apalagi punya bayaran (gaji) yang tinggi. Sangat Jauh berbeda dengan kami para Montir”. Sang Dokterpun menanggapi pernyataan Montir tersebut lalu mengatakan, jangan lihat gajinya tapi lihat pekerjaannya yang serba sulit. Tapi kan pekerjaan kita tidak jauh berbeda,  sama-sama membedah sahut sang Montir. Kemudian sambil tersenyum sang Dokter mengatakan Bapak pernah tidak membedah (membongkar) mesin mobil lalu mesinnya tidak dimatikan ? kalau bisa, maka saya akan berikan bayaran yang sangat tinggi. Sang montirpun tersipu malu dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Dari kisah ini kita bisa belajar bahwa dalam hidup terkadang punya banyak kesamaan termasuk dalam hal pekerjaan. Namun tentu juga ada sisi perbedaannya. Boleh jadi profesi kita sama akan tetapi kadang rejeki berbeda. Demikianlah takdir Tuhan, tugas kita hanyalah menjalani biarkan Tuhan terus berkreasi melalui skenario terbaiknya, tetap ikhlas menjalani, bermanfaat bagi orang lain, dan tidak usah iri hati dengan kesuksesan orang lain. Tetaplah mensyukuri segala nikmat yang Allah berikan, dengan begitu kita akan menjadi pribadi yang lebih Qana’ah.

Tidak usah memaksakan perbedaan itu harus menjadi sama, terimalah setiap perbedaan yang ada, agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih toleran. Demikianlah  manusia diciptakan dengan jenis serta karakter yang berbeda. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS al-Hujurat: 10.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 

Terjemah:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat: 13)

Adanya perbedaan dari setiap ciptaan Tuhan, menuntun kita agar senantiasa saling melengkapi satu sama lain, tanpa membanggakan kelebihan masing-masing. Bukankah pelangi terlihat indah karena memancarkan warna yang berbeda?, begitu pula dengan kehidupan akan terlihat lebih bermakna jika punya banyak warna.

 

Ternate, 16 Juni 2020

 

 

 


Jumat, 12 Juni 2020

Kamu Bermata Lebah Atau Bermata Lalat ?

Tugu Pancoran: Kisah Mata Lalat VS Mata Lebah


Kamu Bermata Lebah Atau Bermata Lalat ?

Oleh: Muh. Irfan Hasanuddin

Lebah dan lalat adalah dua makhluk  Allah yang diciptakan dengan berbagai keunikan. Misalnya lebah hidup secara berkoloni yang jumlahnya bisa mencapai 80.000 ekor yang mayoritas tipekal pekerja.dan uniknya lagi mereka memiliki pemimpin dari jenis betina, sungguh emansipasi lebah yang luar biasa.

Ayat yang berbicara tentang lebah bisa kita dapati dalam QS al-Nahl ayat 68-69

وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحْلِ أَنِ ٱتَّخِذِى مِنَ ٱلْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ , ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسْلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٌ لِّلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ.

Terjemah:

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”

 “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”

Jika ayat tersebut dicermati, maka kita akan mendapati sebuah proses kumsumtif yang higenis serta natural. Olehnya itu tidak salah ketika lebah mengelurkan cairan dari perutnya mengandung khasiat yang luar biasa. Dan bahkan Nabi SAW pun menganjurkan untuk berobat dengan madu.

Disisi lain  Nabi SAW mengibaratkan orang mukmim itu seperti lebah sebagaimana sabdanya:

وَالَّذِي نَفْسُ ‏ ‏مُحَمَّدٍ ‏ ‏بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد

Artinya:

“Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (diranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Ahmad Syakir)

Lebah hanya memakan serta mengelurkan yang baik saja. Demikian halnya orang mukmin dituntut ketika berucap atau berbuat tentunya dengan sesuatu yang baik pula, sebagaimana lebah yang mengeluarkan madu yang bermanfaat bagi manusia, tentu orang mukmin juga diharapkan demikian. Sesuai dengan sabda Nabi SAW yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”.

Kelebihan lain lebah adalah pekerja keras, pantang menyerah dan tidak memakan sesuatu dari hasil pekerjaan lebah lainnya. Seharusnya seorang manusia juga harus memiliki sifat optimis dalam hidup, ulet, tak kenal kata menyerah, dan menghargai hasil kinerja orang lain. Bahkan seorang ulama pernah berkomentar tentang lebah.


ووجه الشبه: حذق النحل، وفِطنته، وقلة أذاه، وحقارته، ومنفعته، وقنوعه، وسعيه في النهار، وتنزُّهه عن الأقذار، وطيب أكله، وأنه لا يأكل مِن كسب غيره، وطاعته لأميره، وأن للنحل آفاتٍ تقطعه عن عمله، منها: الظلمة، والغَيْم، والريح، والدخَان، والماء، والنار، وكذلك المؤمن له آفات تُفقِره عن عمله؛ ظلمة الغفلة، وغَيْم الشك، وريح الفتنة، ودخَان الحرام، ونار الهوى

Artinya:

“Dan adapun sisi kesamaannya (lebah dan orang mukmin) bahwa lebah itu cerdas, ia jarang  menyakiti, rendah diri (tawadhu), bermanfaat, selalu merasa cukup (qana’ah), bekerja di waktu siang, menjauhi kotoran, makanannya halal serta baik, ia tidak memakan sesuatu dari hasil kinerja lebah yang lainnya, sangat taat kepada pemimpinnya, serta berhenti dari aktivitas bila ada gelap, mendung, angin, asap, air dan api. Demikian halnya orang mukmin akan terkena penyakit jika terkena gelapnya kelalaian, mendungnya adalah sebuah keraguan, angin fitnah, asap haram dan apinya hawa nafsu”.

Lain halnya dengan lalat yang juga diabadikan dalam al-Qur’an sebagai pelajaran bagi umat manusia khususnya orang-orang yang mempersekutukan Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS al-Hajj ayat 73

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَن يَخْلُقُوا۟ ذُبَابًا وَلَوِ ٱجْتَمَعُوا۟ لَهُۥ ۖ وَإِن يَسْلُبْهُمُ ٱلذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ وَٱلْمَطْلُوبُ

Terjemah:

“Hai sekalian manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu datangi (berdo’a) selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulahlah) yang disembah.”

Pada ayat tersebut, Allah jadikan lalat sebagai perumpamaan. Oleh karena makhluk tersebut kadang dianggap remeh, lemah, kotor serta menjijikkan. Akan tetapi dibalik semua itu lalat mempunyai sebuah kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Antara lain sayapnya yang mengandung penyakit (virus) namun sayap yang lain menjadi penawar. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِيْ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ ثُمَّ لِيَطْرَحْهُ فَإِنَّ فِيْ إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِيْ الآخَرِ شِفَاءً

Artinya:

“Dari Abu Hurairah bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “apabila seekor lalat masuk kedalam bejana kalian, maka hendaklah dicelupkan semuanya kemudian dibiarkan, karena pada salah satu sayapnya mengandung penyakit  dan sayap yang lainnya adalah obat (penawar)”. (HR al-Bukhari’)

Ibnu Qayyim al-Jauzi dalam kitabnya al-Tib al-Nabawi, mengomentari hadis ini, Ia mengatakan bahwa hadis tersebut mengandung dua hal yaitu persoalan fiqhi dan medis. Mengenai persoalan fiqhi, hadis ini menjadi dalil bahwa lalat yang mati dalam bejana tidak menyebabkan isinya (airnya) menjadi najis. Adapun dari sisi medisnya, bahwa ketika seekor lalat hinggap dalam bejana yang berisikan air, maka tenggelamkanlah (celupkanlah)  karena salah satu sayapnya mengandung penawar dari racun (virus) yang dibawahnya.

Lalat dijuluki binatang pemberani oleh karena tidak kenal yang namanya kata menyerah, hal ini dibuktikan ketika kita mengusir lalat, awalnya lalat itu pergi akan tetapi dengan cepat ia akan kembali lagi. Demikian juga seharusnya seorang manusia diharapkan mempunyai sikap optimisme, pantang menyerah,  jika terjatuh ia akan segera bangkit dan memulai kembali dengan semangat yang baru.

Dari sekian banyak kelebihan yang ditorehkan oleh lebah dan lalat, ternyata ada satu hal pelajaran penting yang bisa kita dapat dari perbedaan kedua makhluk tersebut, bahwa mata lebah akan mencari bunga meskipun berada di tempat sampah, dan mata lalat akan mencari sampah sekalipun berada ditaman bunga.

Siapakah Dirimu di Tengah Situasi Covid-19? Lalat atau Lebah ...

Demikian manusia ada tipe mata lebah dan ada juga mata lalat. Meskipun datang berbagai pertolongan maka mata lalat akan senantiasa mencari keburukan. Namun mata lebah pasti dia menemukan kebaikan. Olehnya itu tidak akan berubah nasib seseorang sebelum merubah cara pandangnya. Meskipun sejuta pertolongan diberikan kalau orang tersebut bermata lalat maka yang dicari hanyalah keburukan, begitu pula sebaliknya. Dan  hanya yang bermata lebah yang mampu menemukan segala kebaikan.

Wallahu ‘Alam bi al-Shawab.

 

Ternate, 13 Juni 2020

 

 

 

 

 


asasas

 sasasasas