Keajaiban
Sabar dan Shalat (bagian 1)
Oleh:
Muhammad Irfan Hasanuddin
Disebuah sudut kota metropolitan, hiduplah sebuah
keluarga sederhana yang sedang diberikan ujian serta cobaan dari Allah swt.
Antara lain ujian yang menimpanya adalah akan disitanya rumah yang selama ini
mereka huni. Hal ini dikarenakan sang suami mempunyai hutang di bank sebanyak
50 juta yang sudah jatuh tempo, dan sebagai jaminannya adalah rumah mereka.
Ketidak sanggupannya membayar hutang menjadikan pihak bank akan menyita rumah
beserta isinya. Ia pun pasrah dengan keadaan yang ada dan tidak bisa berbuat
banyak. berbagai cara telah ia lakukan untuk menutupi hutangnya namun hasilnya tetap nihil.
Tidak berselang lama sang istri tercinta pun datang
dengan membawa sepucuk surat buat sang suami. Dengan penuh amarah yang berapi-api, sang istri
mengatakan bahwa ia akan menggugat cerai sang
suami, dikarenakan sudah 6 bulan lamanya tidak dinafkahi. Dengan membawa
surat dari pengadilan agama, ia meminta suamianya agar hadir dua hari kemudian
di pengadilan untuk sidang gugatan perceraian.
Dengan dua kesusahan yang ia dapatkan tentu membuat
hatinya semakin galau, dan ternyata ia pun berputus asa. Ia berniat mengakhiri hidupnya
dengan memilih untuk gantung diri. Sebelum ketiang gantungan, ia mendengarkan
suara isak tangis dari salah satu sudut rumahnya. Ternyata suara tangisan itu
adalah suara anaknya. Sang ayah pun berkata kepada anaknya: “mengapa engkau
menangis wahai anakku” ?, anaknya menjawab: “mulai besok saya tidak bisa lagi
datang ke sekolah, karena sudah 8 bulan iuran sekolah menunggak”.
Mendengar tangisan anaknya, ia pun makin terpukul
dan ingin segera mengakhiri hidupnya. Namun sebelum melakukan bunuh diri, terlintas dalam pikirannya untuk shalat sunnah terlebih dahulu, karena ketika
telah meninggal dunia nanti, maka belum tentu ada yang mau menshalatinya.
Setelah melakukan shalat ia pun membaca beberapa ayat al-Qur’an dan tanpa
terasa waktu subuh telah masuk. Ia pun kembali melaksanakan shalat subuh
kemudian melanjutkannya dengan membaca beberapa zikir.
Tanpa terasa Jam telah menunjukkan pukul 7 pagi dan
ia pun kembali ke tiang gantungan untuk melanjutkan atas apa yang telah ia
rencanakan. Namun terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras. Ia sempat
berfikir bahwa yang datang ini adalah petugas bank, alhasil setelah membuka
pintu ternyata yang datang bukanlah petugas bank melainkan sahabatnya yang
telah lama berpisah.
Ringkas cerita, ternyata sahabatnya ingin menawarkan
proyek kerja sama dalam bidang pengoperasian alat-alat berat. Awalnya ia
menolak karena merasa tidak punya keahlian, ditambah lagi dengan beban pikiran
yang tadi malam ingin mengakhiri hidupnya namun belum terealisasi. Akan tetapi mendengar
nilai kontraknya yang mencapai 150 juta, tanpa berfikir panjang ia pun menerima
tawaran dari sahabatnya tersebut.
Akhirnya persoalan hidup yang ia hadapi dapat teratasi.
Rumahnya pun tidak jadi disita oleh bank karena hutangnya telah dibayar lunas.
Dan terlihat dari kejauhan istrinya
menggenggam selembar kertas yang berisi tanda persetujuan cerai menghampiri
sang suami. Sebelum istrinya berbicara, ia memeluknya dengan erat, sambil memberikan
sisa uang yang ia dapatkan dari hasil kontrak pekerjannya. Nilainya pun sangat
fantantis karena mencapai jutaan rupiah.
Dengan nada penyesalan ia pun meminta maaf karena selama ini tidak pernah
menafkahi. Dan ia tak lupa berpesan kepada sang istri agar melunasi tunggakan
iuran sekolah anaknya.
Dari
kisah tersebut kita bisa belajar bahwa salah satu penawar kesusahan adalah
shalat serta bersabar atas takdir Allah. Hal ini senada dengan firman Allah
dalam QS al-Baqarah ayat 45
وَٱسْتَعِينُوا۟
بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ
Terjemah:
“Dan mohonlah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyuk”.
Sabar dan shalat adalah cara yang Allah tawarkan
kepada kita untuk meraih pertolongannya. Tentu dalam menghadapi musibah maupun
kesusahan tidaklah mudah, karena butuh kesabaran yang ekstra. Mengeluh atas
takdir Allah adalah sesuatu yang bersifat manusiawi. Namun kita juga harus
mawas diri serta lebih ikhlas ketika menjalani problema kehidupan agar terhindari
dari sikap berlebihan dalam meratapi takdir, yang terkesan kurang menerima
keputusan Allah dan bahkan cenderung menolaknya.
Nabi pun mengajarkan kepada kita bahwa ketika
seorang hamba ditimpa kesusahan, maka hendaklah ia melakukan shalat. Seperti
halnya yang dilakukan oleh lelaki tersebut. Dengan shalat yang Ia kerjakan, serta
kesabaran dalam mengahadapi ujian, akhirnya Allah memberikan pertolongan-Nya dan
segala kesusahannya pun dapat teratasi.
Kisah ini hanyalah salah satu contoh problema
kehidupan yang ada disekitar kita, dan tidak menutup kemungkinan kita juga akan
dihadapkan dengan berbagai macam persoalan hidup. Olehnya itu tetaplah bersabar
dalam menghadapi ujian maupun cobaan dari Allah serta dirikanlah shalat sebagai
pelipur lara. Yakinlah bahwa dibalik kesusahan akan ada kemudahan. Wallahu
‘alam bish shawab.
Ternate,
7 Juli 2020
Terima kasih ilmunya ustadz
BalasHapusSama sama Pak 🤗 trm kasih kembali juga atas segalanya
BalasHapus