Senin, 06 Juli 2020

Keajaiban Sabar dan Shalat (bagian 1)

Keajaiban Sabar dan Shalat (bagian 1)

Oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin


Mereka yang Didoakan Malaikat | Republika Online

Disebuah sudut kota metropolitan, hiduplah sebuah keluarga sederhana yang sedang diberikan ujian serta cobaan dari Allah swt. Antara lain ujian yang menimpanya adalah akan disitanya rumah yang selama ini mereka huni. Hal ini dikarenakan sang suami mempunyai hutang di bank sebanyak 50 juta yang sudah jatuh tempo, dan sebagai jaminannya adalah rumah mereka. Ketidak sanggupannya membayar hutang menjadikan pihak bank akan menyita rumah beserta isinya. Ia pun pasrah dengan keadaan yang ada dan tidak bisa berbuat banyak. berbagai cara telah ia lakukan untuk menutupi hutangnya namun hasilnya tetap nihil.

Tidak berselang lama sang istri tercinta pun datang dengan membawa sepucuk surat buat sang suami. Dengan penuh amarah yang berapi-api, sang istri mengatakan bahwa ia akan menggugat cerai sang  suami, dikarenakan sudah 6 bulan lamanya tidak dinafkahi. Dengan membawa surat dari pengadilan agama, ia meminta suamianya agar hadir dua hari kemudian di pengadilan untuk sidang gugatan perceraian.

Dengan dua kesusahan yang ia dapatkan tentu membuat hatinya semakin galau, dan ternyata ia pun berputus asa. Ia berniat mengakhiri hidupnya dengan memilih untuk gantung diri. Sebelum ketiang gantungan, ia mendengarkan suara isak tangis dari salah satu sudut rumahnya. Ternyata suara tangisan itu adalah suara anaknya. Sang ayah pun berkata kepada anaknya: “mengapa engkau menangis wahai anakku” ?, anaknya menjawab: “mulai besok saya tidak bisa lagi datang ke sekolah, karena sudah 8 bulan iuran sekolah menunggak”.

Mendengar tangisan anaknya, ia pun makin terpukul dan ingin segera mengakhiri hidupnya. Namun sebelum melakukan bunuh diri,  terlintas dalam pikirannya untuk shalat sunnah terlebih dahulu, karena ketika telah meninggal dunia nanti, maka belum tentu ada yang mau menshalatinya. Setelah melakukan shalat ia pun membaca beberapa ayat al-Qur’an dan tanpa terasa waktu subuh  telah masuk. Ia pun kembali melaksanakan shalat subuh kemudian melanjutkannya dengan membaca beberapa zikir.

Tanpa terasa Jam telah menunjukkan pukul 7 pagi dan ia pun kembali ke tiang gantungan untuk melanjutkan atas apa yang telah ia rencanakan. Namun terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras. Ia sempat berfikir bahwa yang datang ini adalah petugas bank, alhasil setelah membuka pintu ternyata yang datang bukanlah petugas bank melainkan sahabatnya yang telah lama berpisah. 

Ringkas cerita, ternyata sahabatnya ingin menawarkan proyek kerja sama dalam bidang pengoperasian alat-alat berat. Awalnya ia menolak karena merasa tidak punya keahlian, ditambah lagi dengan beban pikiran yang tadi malam ingin mengakhiri hidupnya namun belum terealisasi. Akan tetapi mendengar nilai kontraknya yang mencapai 150 juta, tanpa berfikir panjang ia pun menerima tawaran dari sahabatnya tersebut.

Akhirnya persoalan hidup yang ia hadapi dapat teratasi. Rumahnya pun tidak jadi disita oleh bank karena hutangnya telah dibayar lunas. Dan terlihat dari  kejauhan istrinya menggenggam selembar kertas yang berisi tanda persetujuan cerai menghampiri sang suami. Sebelum istrinya berbicara, ia memeluknya dengan erat, sambil memberikan sisa uang yang ia dapatkan dari hasil kontrak pekerjannya. Nilainya pun sangat fantantis karena mencapai  jutaan rupiah. Dengan nada penyesalan ia pun meminta maaf karena selama ini tidak pernah menafkahi. Dan ia tak lupa berpesan kepada sang istri agar melunasi tunggakan iuran sekolah anaknya.

Dari kisah tersebut kita bisa belajar bahwa salah satu penawar kesusahan adalah shalat serta bersabar atas takdir Allah. Hal ini senada dengan firman Allah dalam QS al-Baqarah ayat 45

وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ

Terjemah:

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”.

Sabar dan shalat adalah cara yang Allah tawarkan kepada kita untuk meraih pertolongannya. Tentu dalam menghadapi musibah maupun kesusahan tidaklah mudah, karena butuh kesabaran yang ekstra. Mengeluh atas takdir Allah adalah sesuatu yang bersifat manusiawi. Namun kita juga harus mawas diri serta lebih ikhlas ketika menjalani problema kehidupan agar terhindari dari sikap berlebihan dalam meratapi takdir, yang terkesan kurang menerima keputusan Allah dan bahkan cenderung menolaknya.

Nabi pun mengajarkan kepada kita bahwa ketika seorang hamba ditimpa kesusahan, maka hendaklah ia melakukan shalat. Seperti halnya yang dilakukan oleh lelaki tersebut. Dengan shalat yang Ia kerjakan, serta kesabaran dalam mengahadapi ujian, akhirnya Allah memberikan pertolongan-Nya dan segala kesusahannya pun dapat teratasi.

Kisah ini hanyalah salah satu contoh problema kehidupan yang ada disekitar kita, dan tidak menutup kemungkinan kita juga akan dihadapkan dengan berbagai macam persoalan hidup. Olehnya itu tetaplah bersabar dalam menghadapi ujian maupun cobaan dari Allah serta dirikanlah shalat sebagai pelipur lara. Yakinlah bahwa dibalik kesusahan akan ada kemudahan. Wallahu ‘alam bish shawab.

 

 

Ternate, 7 Juli 2020

 


2 komentar:

asasas

 sasasasas