Sabtu, 18 Juli 2020

Antara Syari’at atau Adat ? (sebuah makna filosofis budaya mappacci)

Antara Syari’at atau Adat ?

(sebuah  makna filosofis budaya mappacci)

Oleh : Muhammad Irfan Hasanuddin

 

Beragamnya budaya yang ada di Indonesia, menjadikan Ia terbilang unik. Salah satunya adalah budaya mappacci/mappaccing pada prosesi pernikahan adat Bugis Makassar. Sebelum membahasnya lebih jauh perlu ditekankan bahwa hal ini bukanlah sebuah syari’at yang tentu akan mengedepankan adanya dalil, melainkan hanya prosesi adat semata. Namun hal ini dilakukan bukanlah tanpa dasar. Untuk melestarikan budaya tersebut, maka para pemuka agama Bugis Makassar menggunakan dalil Ushul yang mengatakan اَلْعَادَة مُحَكَّمَةٌ (’Adah (adat) itu bisa dijadikan patokan hukum). Serta dalil-dalil lainnya yang menunjukkan perintah ta’faul (optimisme).

Pemandangan yang sangat memukau hati dan sarat akan emosi ketika menyaksikan prosesi mappacci atau diistilahkan dengan malam pacar yang dilakukan sehari sebelum prosesi akad pernikahan. Budaya ini sudah menjadi keharusan bagi sebahagian masyarakat Bugis Makassar sebagai salah satu bentuk sennu’-sennureng yang dalam bahasa agama dikenal dengan istilah Tafa’ul atau sikap optimisme.

Sebelum acara mappacci, didahului dengan prosesi khataman al-Qur’an dan dilanjutkan pembacaan kitab al-Barazanji. Meraih berkah dari al-Qur’an dan salawat Nabi sudah menjadi bahan pokok dari prosesi malam mappacci agar suasana terasa lebih khidmat dan sakral. Disamping itu ada juga tambahan bagi suku Makassar yaitu prosesi a’ngaru, sebuah budaya yang menyatakan ikrar kesetiaan.

Dahulu Ikrar atau Janji ini biasanya diucapkan oleh para pengawal  kerajaan gowa sebagai bukti pengabdian setianya. Prosesi ini juga kadang digunakan ketika menyambut tamu agung yang berkunjung ke kerjaan atau saat sekarang biasanya dipakai untuk menyambut para pejabat negara atau pada prosesi adat pernikahan. Antara lain isi ikrarnya adalah:

Pentas seni budaya Makassar A'NGARU dalam acara Reuni Akbar TFTT ...


BISMILLAHIRRAHMANIR

RAHIM


ATTA……..KARAENG
TABE’ KIPAMMOPORANG MAMA’
RIDALLEKANG LABBIRITTA
RISA’RI KARATUANTA
RIEMPOANG MATINGGITA

INAKKE MINNE, KARAENG

LAMBARA TATASSA’LA’NA GOWA
NAKARAPPEKANGI SALLANG, KARAENG
PANGNGULU RIBARUGAYA
NANATEPOKANGI SALLANG
PASORANG ATTANGNGA PARANG

INAI-INAIMO SALLANG, KARAENG

TAMAPPATTOJENGI TOJENGA
TAMAPPIADAKI ADAKA 
KUSALAGAI SIRINNA
KUISARA PARALLAKKENNA
BERANGJA KUNIPATEBBA
PANGKULU KUNISOEYANG

IKAU ANGING, KARAENG

NAIKAMBE LEKOK KAYU
AMMIRI’KO ANGING
NAMARUNANG LEKOK KAYU
IYA SANI MADIDIYAJI NURUNANG

IKAU JE’NE, KARAENG

NAIKAMBE BATANG MAMMANYU’
ASSOLONGKO JE’NE
NAMAMMANYU BATANG KAYU
IYA SANI SOMPO BONANGPI KIANYU

IKAU JARUNG, KARAENG

NAIKAMBE BANNANG PANJAI
TA’LEKO JARUNG
NAMAMMINAWANG BANNANG PANJAI
IYA SANI LAMBUSUPPI NAKONTU TOJENG

MAKKANAMAMAKI MAE, KARAENG

NAIKAMBE MAPPA’JARI
MANNYABBU MAMAKI MAE KARAENG
NAIKAMBE MAPPA’RUPA

PUNNA SALLANG TAKAMMAYA

ARUKU RI DALLEKANTA
PANGKAI JERAKKU
TINRA’ BATE ONJOKKU

PAUWANG ANA’ RI BOKO

PASANG ANA’TANJARI
TUMAKKANAYA, KARAENG
NATANARUPAI KANANNA

SIKAMMAJINNE ARUKU RI DALLEKANTA

DASI NADASI NATARIMA PA’NGARU’KU

SALAMA’……


Artinya..:
Bismillahirrahmanirrahim..


Sungguh………Karaeng
Maafkan aku
Di haribaanmu yang mulia
Di sisi kebesaranmu
Di tahtamu yang agung

Akulah ini, Karaeng
Satria dari Tanah – Gowa
Akan memecahkan kelak
Hulu badik di arena
Akan mematahkan kelak
Gagang tombak di medan laga

Barangsiapa jua
Yang tak membenarkan kebenaran
Yang menentang adat budaya
Kan kuhancurkan tempat berpijaknya
Kan kululuh lantahkan ruang geraknya
Aku ibarat parang yang dihentakkan
Kapak yang diayunkan

Engkau ibarat angin, Karaeng
Aku ini ibarat daun kayu
Berhembuslah wahai angin 
Kurela gugur bersamamu.
Hanya saya yang kuning kau gugurkan

Engkau ibarat air, Karaeng
Aku ini ibarat batang kayu
Mengalirlah wahai air
Kurela hanyut bersamamu
Hanya saya di air pasang kami hanyut..

Engkau ibarat jarum, Karaeng
Aku ini ibarat benang tenun
Menembuslah wahai jarum
Kan kuikuti bekas jejakmu

Berfatwalah wahai Karaeng
Aku kan berbuat
Bertitahlah wahai Karaeng
Aku akan berbakti

Bilamana kelak janji ini tak kutepati
Sebagaimana ikrarku di hadapanmu
Pasak pusaraku
Hapus jejak langkahku

Sampaikan pada generasi mendatang
Pesankan pada anak cucu
Bahwasanya hanya mampu berikrar
Tapi tidak mampu berbuat bakti

Demikianlah ikrarku dihadapanmu
Semoga tuhan meridhai

Amin…………
 

Dalam Prosesi mappacci digunakan beberapa alat yang tentu semuanya itu mempunyai makna. Atara lain perlengkapan yang dipersiapkan adalah:

1.      Pacci yaitu sesuatu yang menyerupai salep atau jel yang berasal dari tanah arab, akan tetapi mayoritas masyarakat Bugis Makassar menggunakan daun pacar kemudian ditumbuk sampai halus. Daun ini sangat mudah didapatkan bahkan biasanya banyak tumbuh dipekarangan rumah. Hal ini sebagai simbol pembersihan jiwa dan raga calon pengantin sebelum mengarungi bahtera rumah tangga.

2.      Sebuah bantal atau alas kepala yang diletakkan di depan calon pengantin, sebagai makna mapakalebbi’ atau memberi penghormatan/ memuliakan. Dengan harapan calon pengantin dapat mengenal jati diirinya sebagai makhluk yang mulia serta memiliki kehormatan

3.      Sarung sutera 7 lembar yang disusun diatas bantal tersebut, sebagai simbol keistiqamahan serta ketekunan. Makna filosofi ini diambil dari para penenun sarung sutera yang secara tekun serta terus menerus menyusun sehelai demi sehelai benang agar menjadi sebuah kain yang selanjutnya akan dijadikan sarung. Dengan sikap tersebut diharapkan kepada calon pengantin ketika mengarungi bahtera rumah tangga dapat juga istiqamah serta memiliki sifat yang tekun seperti halnya para penenun sutera. Selain makna tersebut, sarung juga dimaknai dengan simbol penutup aurat, yang mana diharapkan kepada calon pengantin ketika hidup bermasyarakat nanti, senantiasa memiliki rasa malu atau masyarakat sulawesi menyebutnya dengan istilah siri’. Jumlah ganjil yang ditetapkan didasarkan oleh hadis Nabi saw yang mengatakan bahwa “Allah itu ganjil dan menyukai yang ganjil”.

4.      Daun pisang, sebagai simbol harapan hidup berkesinambungan, sesuai dengan karakter dari pohon pisang bahwa tidak akan mati atau layu sebelum muncul tunas yang baru. Selain itu pisang juga mempunyai banyak kegunaan atau manfaat, baik itu daun, batang hingga buahnya. Olehnya itu diharapkan kepada calon pengantin agar dapat berguna serta membawa manfaat kepada orang lain.

5.      Diatas daun pisang biasanya ada juga kelapa dan gula merah, sebagai simbol saling melengkapi segala kekurangan dan menikmati bersama pahit manisnya kehidupan duniawi.

6.      Selain kelapa ada juga piring yang berisikan wenno’ atau beras yang disangrai hingga mengembang sebagai  makna harapan untuk berkembang biak dengan baik.

7.      Perlengkapan selanjutnya adalah lilin sebagai simbol penerangan. Hal ini dimaknai agar calon pengantin nantinya dapat menjadi penerang (pemberi solusi) bagi keluarga dan masyarakat.

Pada saat meletakkan daun pacci, yang diundangan selain dari keluarga adalah orang-orang yang memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia serta sejahtera. Dengan harapan semoga calon pengantin dapat memiliki rumah tangga yang bahagia serta sejahtera pula.

Meskipun budaya mappacci bukan merupakan suatu kewajiban agama, akan tetapi mayoritas Ulama utamanya yang ada di daerah Bugis atau Makassar menganggapnya sebagai sennu-sennureng ri decengnge (kecintaan akan kebaikan). Namun seiring berjalannya waktu, beberapa masyarakat sudah mulai meninggalkan kebiasaan tersebut, bahkan cenderung mencari legalitas serta memperdebatkan keabsahan dalilnya.

 

 

 

Ternate, 19 Juli 2020.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

asasas

 sasasasas