Kamis, 16 Juli 2020

Berbenah Diri Lewat Literasi

Berbenah Diri Lewat Literasi

Oleh : Muhammad Irfan Hasanuddin

Koala Hitam: Kapan waktu yang baik untuk membaca?

Menjadi dosen yang berkualitas serta produktif tentu tidaklah mudah, butuh perjuangan panjang untuk sampai ketahap itu. Namun bukan sesuatu yang mustahil untuk meraih predikat tersebut. Semuanya tentu butuh proses dan yang terpenting adalah terus bersabar menjalani segala ujian maupun rintangan yang dihadapi serta terus berusaha mengasa diri untuk menuju ke tahap yang lebih produktif.

Diantara sekian banyak orang yang bergelut di dunia akademik, terkadang Ia memiliki sejarah hidup atau perjuangan panjang sebelum disebut sebagai Dosen. Mungkin ada diantara mereka yang pernah menjadi kuli bangunan, buruh harian, petani, nelayan dan lain sebagainya. Hal inilah yang terkadang bisa menjadi penghambat studi, namun tidak sedikit juga yang menjadikannya sebagai motivasi untuk merubah nasib.

Bukan hal yang mudah belajar atau kuliah sambil bekerja. Memadukan dua hal yang menjadi kebutuhan hidup tentu sulit untuk memilih salah satunya atau menjadikannya sebagai prioritas utama. Para Dosen yang berkuliatas pun terkadang merasa dirinya belum memadai. Akan tetapi setidaknya mereka telah mampu menumbuhkan budaya akademiknya. Berbeda halnya dengan dosen yang baru mengenal budaya akademik sesungguhnya. Mereka baru melangkah sedikit demi sedikit, mempelajari serta membiasakan hidup dengan budaya literasi.

Jika sejak kecil sudah dikenalkan dengan budaya literasi, maka tentu akan lebih mudah untuk mengembangkan karir, sebab sudah mempunyai dasar, seperti kebiasaan membaca, menulis, hingga kemampuan berbahasa asing. Lain halnya dengan Dosen yang baru memiliki kesadaran literasi tentu akan merasa canggung dan bahkan merasa minder dengan segala keterbatasan yang Ia miliki.

Sebagai tuntutan profesi, suka atau tidak maka kita harus segera berbenah diri, dan mulai membiasakan dengan hal-hal yang berkaitan dengan tugas serta fungsi kita sebagai Dosen, mulai dari pengajaran, penelitian hingga pengabdian masyarakat. Bagi Dosen muda tentu kita tidak boleh berputus asa, sebab jalan menuju kesuksesan masih terbuka dengan lebar. Banyak jalan menuju Roma demikian kata pepatah.

Hampir di dunia ini tidak ada yang diraih secara instan. Nabi Muhammad saw pun ketika menerima al-Qur’an, hal pertama yang diajarkan oleh malaikat Jibril adalah perintah untuk membaca.  Apakah Nabi langsung bisa membaca? Tentu tidak, namun Nabi tidak berputus asa, dengan usaha yang keras serta bimbingan dari  malaikat Jibril, akhirnya Nabi pun bisa membaca. Demikian halnya menjadi penulis yang baik tentu diawali dengan menjadi pembaca yang baik. Seperti yang pernah dikatakan oleh salah seorang akademisi asal STAIN Sorong yaitu Prof Ismail Suardi Wekke, Ia mengatakan bahwa menulis atau meneliti diibaratkan seperti bernafas. jika bernafas didahului dengan menghirup oksigen lalu mengeluarkannya, maka menulis mestinya didahului dengan membaca. Tanpa membaca tentu akan sangat sulit untuk merangkai kata.

Dalam agama Islam sendiri, wahyu pertama yang Allah turunkan adalah perintah membaca, sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-‘Alaq ayat: 1

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

Terjemah:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”

Menurut sebahagian Ulama Tafsir, term Iqra’ tidak hanya terbatas pada pengertian “membaca” saja, akan tetapi bisa berarti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan sebagainya. Tentu kegiatan tersebut akan terwujud ketika diawali dengan kebiasaan membaca. Dengan aktifitas membaca, maka akan lebih memudahkan kita untuk merangkai kata, mendapatkan ide, serta gagasan.

Olehnya itu pembiasaan membaca wajib dibumikan oleh siapa saja, entah itu seorang Pelajar, Guru, maupun Dosen. Seperti halnya yang pernah dikatakan oleh Dr. Ngainun Naim (Pakar Literasi) bahwa budaya membaca merupakan dasar bagi pengembangan diri. Artinya semakin kuat budaya membaca yang tertanam, maka semakin besar pula peluang untuk mengembangkan diri. Dengan kualitas diri yang memumpuni, tentu akan memudahkan kita untuk memiliki daya saing, terutama pada era globalisasi saat sekarang ini.

 

Ternate, 17 Juli 2020

 


4 komentar:

asasas

 sasasasas