Berbenah
Diri Lewat Literasi
Oleh
: Muhammad Irfan Hasanuddin
Menjadi dosen
yang berkualitas serta produktif tentu tidaklah mudah, butuh perjuangan panjang
untuk sampai ketahap itu. Namun bukan sesuatu yang mustahil untuk meraih
predikat tersebut. Semuanya tentu butuh proses dan yang terpenting adalah terus
bersabar menjalani segala ujian maupun rintangan yang dihadapi serta terus
berusaha mengasa diri untuk menuju ke tahap yang lebih produktif.
Diantara sekian
banyak orang yang bergelut di dunia akademik, terkadang Ia memiliki sejarah
hidup atau perjuangan panjang sebelum disebut sebagai Dosen. Mungkin ada diantara
mereka yang pernah menjadi kuli bangunan, buruh harian, petani, nelayan dan
lain sebagainya. Hal inilah yang terkadang bisa menjadi penghambat studi, namun
tidak sedikit juga yang menjadikannya sebagai motivasi untuk merubah nasib.
Bukan hal yang
mudah belajar atau kuliah sambil bekerja. Memadukan dua hal yang menjadi
kebutuhan hidup tentu sulit untuk memilih salah satunya atau menjadikannya
sebagai prioritas utama. Para Dosen yang berkuliatas pun terkadang merasa dirinya
belum memadai. Akan tetapi setidaknya mereka telah mampu menumbuhkan budaya
akademiknya. Berbeda halnya dengan dosen yang baru mengenal budaya akademik
sesungguhnya. Mereka baru melangkah sedikit demi sedikit, mempelajari serta
membiasakan hidup dengan budaya literasi.
Jika sejak kecil
sudah dikenalkan dengan budaya literasi, maka tentu akan lebih mudah untuk
mengembangkan karir, sebab sudah mempunyai dasar, seperti kebiasaan membaca,
menulis, hingga kemampuan berbahasa asing. Lain halnya dengan Dosen yang baru
memiliki kesadaran literasi tentu akan merasa canggung dan bahkan merasa minder
dengan segala keterbatasan yang Ia miliki.
Sebagai tuntutan
profesi, suka atau tidak maka kita harus segera berbenah diri, dan mulai membiasakan
dengan hal-hal yang berkaitan dengan tugas serta fungsi kita sebagai Dosen, mulai
dari pengajaran, penelitian hingga pengabdian masyarakat. Bagi Dosen muda tentu
kita tidak boleh berputus asa, sebab jalan menuju kesuksesan masih terbuka
dengan lebar. Banyak jalan menuju Roma demikian kata pepatah.
Hampir di dunia
ini tidak ada yang diraih secara instan. Nabi Muhammad saw pun ketika menerima
al-Qur’an, hal pertama yang diajarkan oleh malaikat Jibril adalah perintah
untuk membaca. Apakah Nabi langsung bisa
membaca? Tentu tidak, namun Nabi tidak berputus asa, dengan usaha yang keras
serta bimbingan dari malaikat Jibril,
akhirnya Nabi pun bisa membaca. Demikian halnya menjadi penulis yang baik tentu
diawali dengan menjadi pembaca yang baik. Seperti yang pernah dikatakan oleh
salah seorang akademisi asal STAIN Sorong yaitu Prof Ismail Suardi Wekke, Ia
mengatakan bahwa menulis atau meneliti diibaratkan seperti bernafas. jika
bernafas didahului dengan menghirup oksigen lalu mengeluarkannya, maka menulis
mestinya didahului dengan membaca. Tanpa membaca tentu akan sangat sulit untuk
merangkai kata.
Dalam
agama Islam sendiri, wahyu pertama yang Allah turunkan adalah perintah membaca,
sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-‘Alaq ayat: 1
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ
Terjemah:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”
Menurut
sebahagian Ulama Tafsir, term Iqra’ tidak hanya terbatas pada pengertian
“membaca” saja, akan tetapi bisa berarti menyampaikan, menelaah, mendalami,
meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan sebagainya. Tentu kegiatan tersebut
akan terwujud ketika diawali dengan kebiasaan membaca. Dengan aktifitas
membaca, maka akan lebih memudahkan kita untuk merangkai kata, mendapatkan ide,
serta gagasan.
Olehnya itu pembiasaan membaca wajib dibumikan oleh siapa
saja, entah itu seorang Pelajar, Guru, maupun Dosen. Seperti halnya yang pernah
dikatakan oleh Dr. Ngainun Naim (Pakar Literasi) bahwa budaya membaca merupakan
dasar bagi pengembangan diri. Artinya semakin kuat budaya membaca yang
tertanam, maka semakin besar pula peluang untuk mengembangkan diri. Dengan
kualitas diri yang memumpuni, tentu akan memudahkan kita untuk memiliki daya
saing, terutama pada era globalisasi saat sekarang ini.
Ternate, 17 Juli 2020
Keren. Mantap.
BalasHapussiap Prof terima kasih
HapusMantap. Motivasi baik bagi semua dosen agar terus berbenah diri, terutama menulis.
BalasHapusinsya Allah Pak Dr, semoga kita semua bisa istiqamah amin
Hapus