Sabtu, 05 September 2020

YANG HILANG DARI KITA (Tinjauan Agama Dan Kesehatan Tentang Saling Memaafkan)

YANG HILANG DARI KITA

(Tinjauan Agama Dan Kesehatan Tentang Saling Memaafkan)

oleh: Muhammmad Irfan Hasanuddin

Husnul Khuluq (Akhlak yang Baik) - dakwatuna.com

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Demikianlah pepatah arab yang sangat populer dimasyarakat. Terkadang seorang manusia jika melakukan sebuah kesalahan atau kekhilafan, dengan sigap Ia akan mengucapkan permohonan maaf. Semuanya itu adalah hal yang manusiawi karena menjadi sebuah tanggapan atas respon tubuh terhadap rasa bersalah.

Secara umum, saling memaafkan adalah salah satu cara seseorang untuk melepaskan sebuah peraasaan dalam hati, baik itu yang berhubungan dengan rasa kesal, marah, maupun kecewa. Tentu bukan hanya sekedar mengucapkan kata “maaf”, melainkan harus diikuti dengan rasa ikhlas untuk melepaskan amarah tersebut.

Dalam QS ali Imran ayat 134 Allah swt berfirman:

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِين

Terjemah:

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

 

Ayat ini memberikan pemahaman kepada kita tentang sifat-sifat manusia yang dapat membawanya ke dalam surga. Antara lain yag disebutkan pada ayat di atas adalah karakter manusia dalam mengelolah emosi utamanya dalam konteks menghadapi kesalahan seseorang. Pertama, mampu menahan amarah. Kata  ٱلْكَٰظِمِينَ mengandung makna penuh dan menutupnya dengan rapat. Misalnya wadah yang telah terisi dengan air, kemudian ditutup rapat agar tidak tumpah. Hal ini sebagai isyarat  bahwa perasaan tidak bersahabat masih mendiami hati yang bersangkutan, pikirannya masih ingin menuntut balas walaupun tidak memperturutkan ajakan hati serta mampu menahan amarahnya. Sehingga dia mampu menahan diri dan tidak mengeluarkan kata-kata yang buruk serta melakukan perbuatan yang negatif.

        Tingkatan selanjutnya adalah yang memaafkan. Kata ٱلْعَافِينَ terambil dari akar kata ٱلْعَفنَ yang biasanya diartikan dengan kata maaf, dan terkadang juga diterjemahkan dengan kata menghapus. Seseorang yang memaafkan orang lain adalah yang dapat menghapus bekas luka hatinya yang diakibatkan oleh kesalahan dari orang lain terhadapnya. Pada tahapan  ٱلْكَٰظِمِينَ , seseorang masih dalam tahap menahan amarah. Olehnya itu sangatlah wajar jika luka hati masih mendiami. Namun pada tahapan ٱلْعَافِينَ, yang bersangkutan telah mampu menghapus bekas-bekas luka tersebut dan seakan-akan tidak pernah terjadi kesalahan apapun terhadap dirinya. Dan untuk mencapai tingkatan selanjutnya, Allah mengingatkan agar senantiasa berbuat baik kepada orang yang pernah kita sakiti, karena sebuah luka hati tidak cukup menanggapinya dengan menahan amarah maupun memaafkan kesalahan.

Disamping agama menganjurkan untuk saling memafkan, ternyata perbuatan tersebut mempunyai manfaat yang luar biasa bagi kesehatan. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Karen Lee Swartz M.D salah seorang pakar kesehatan the Johns Hopkins University School of Medicine USA, Ia mengatakan bahwa rasa dendam yang mendiami dalam diri seseorang, cenderung membuat mereka lebih berisiko mengalami depresi, dan proses saling memaafkan akan membantu seseorang untuk mengurangi tingkat depresi  atau stres tersebut. Disamping itu juga menjadi sarana untuk melatih sikap empati kepada sesama.

Ia juga menambahkan manfaat lain dari saling memaafkan pertama, dapat meningkatkan kesehatan mental. Menurut penelitian, dengan memaafkan, akan memmbuat tubuh kita lebih rileks, dan mengurangi resiko stres serta perasaan tertekan. Kedua, mampu mengatur ritme emosi yang lebih baik. Saling membenci dan enggan memafkan, akan membuat seseorang berada pada fase marah secara berlebihan, sehingga sangat sulit mengontrol emosi. Hal inilah yang kadang dapat menimbulkan resiko tekanan darah tinggi. Sedangkan saling memafkan akan membantu mengontrol emosi yang lebih baik.

Ketiga, meningkatkan kesehatan jantung serta kekebalan tubuh. Seseorang yang mendiami hatinya dengan rasa dendam dan enggan memaafkan, maka akan lebih mudah emosi. Sehingga membuat otot-otot tubuh menjadi tegang dan irama jantungpun tidak beraturan. Bahkan sangat berpeluang untuk meningkatkan tekanan darah tinggi. Olehnya itu saling memafkan dapat membuat tubuh jadi lebih rileks sehingga dapat mengatur irama jantung dengan baik. Disamping itu, saling memaafkan juga ternyata mampu meingkatkan imun dalam tubuh.

Keempat, mendapatkan kualiatas tidur yang jauh lebih baik. Tingkat stres yang berlebihan kerap dikaitkan dengan masalah tidur, seperti insomnia maupun hipersomnia. Dan saling memaafkan ternyata mampu menjadi sarana relaksasi yang dapat mengurangi tingkat stres. Dan tentunya akan berdampak pada kualitas tidur seseorang.

Olehnya itu saling memaafkan bukan hanya sekedar anjuran melalui teks-teks keagamaan, melainkan sangat mempunyai manfaat yang luar biasa bagi kesehatan. Mari temukan kembali sesuatu yang hilang dari kita yakni saling memaafkan antar sesama. Wallahu ‘alam bish shawab.

 

Ternate, 6 September 2020

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

asasas

 sasasasas