YANG HILANG DARI KITA
(Tinjauan Agama Dan
Kesehatan Tentang Saling Memaafkan)
oleh:
Muhammmad Irfan Hasanuddin
Manusia adalah
tempatnya salah dan lupa. Demikianlah pepatah arab yang sangat populer dimasyarakat. Terkadang seorang manusia jika melakukan sebuah kesalahan atau
kekhilafan, dengan sigap Ia akan mengucapkan permohonan maaf. Semuanya itu
adalah hal yang manusiawi karena menjadi sebuah tanggapan atas respon tubuh
terhadap rasa bersalah.
Secara umum,
saling memaafkan adalah salah satu cara seseorang untuk melepaskan sebuah
peraasaan dalam hati, baik itu yang berhubungan dengan rasa kesal, marah, maupun
kecewa. Tentu bukan hanya sekedar mengucapkan kata “maaf”, melainkan harus
diikuti dengan rasa ikhlas untuk melepaskan amarah tersebut.
Dalam QS ali
Imran ayat 134 Allah swt berfirman:
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ
وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ
وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِين
Terjemah:
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan”.
Ayat ini memberikan pemahaman kepada kita tentang
sifat-sifat manusia yang dapat membawanya ke dalam surga. Antara lain yag
disebutkan pada ayat di atas adalah karakter manusia dalam mengelolah emosi utamanya
dalam konteks menghadapi kesalahan seseorang. Pertama, mampu menahan amarah.
Kata ٱلْكَٰظِمِينَ mengandung makna penuh dan menutupnya
dengan rapat. Misalnya wadah yang telah terisi dengan air, kemudian ditutup
rapat agar tidak tumpah. Hal ini sebagai isyarat bahwa perasaan tidak bersahabat masih mendiami
hati yang bersangkutan, pikirannya masih ingin menuntut balas walaupun tidak
memperturutkan ajakan hati serta mampu menahan amarahnya. Sehingga dia mampu
menahan diri dan tidak mengeluarkan kata-kata yang buruk serta melakukan perbuatan
yang negatif.
Tingkatan
selanjutnya adalah yang memaafkan. Kata ٱلْعَافِينَ terambil dari akar kata ٱلْعَفنَ yang biasanya diartikan dengan kata maaf, dan terkadang
juga diterjemahkan dengan kata menghapus. Seseorang yang memaafkan orang
lain adalah yang dapat menghapus bekas luka hatinya yang diakibatkan oleh
kesalahan dari orang lain terhadapnya. Pada tahapan ٱلْكَٰظِمِينَ , seseorang masih dalam tahap menahan amarah. Olehnya itu
sangatlah wajar jika luka hati masih mendiami. Namun pada tahapan ٱلْعَافِينَ, yang bersangkutan telah mampu menghapus
bekas-bekas luka tersebut dan seakan-akan tidak pernah terjadi kesalahan apapun
terhadap dirinya. Dan untuk mencapai tingkatan selanjutnya, Allah mengingatkan
agar senantiasa berbuat baik kepada orang yang pernah kita sakiti, karena
sebuah luka hati tidak cukup menanggapinya dengan menahan amarah maupun
memaafkan kesalahan.
Disamping agama
menganjurkan untuk saling memafkan, ternyata perbuatan tersebut mempunyai
manfaat yang luar biasa bagi kesehatan. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Karen
Lee Swartz M.D salah seorang pakar kesehatan the Johns Hopkins University School of Medicine USA, Ia mengatakan bahwa
rasa dendam yang mendiami dalam diri seseorang, cenderung membuat mereka lebih
berisiko mengalami depresi, dan proses saling memaafkan akan membantu seseorang
untuk mengurangi tingkat depresi atau
stres tersebut. Disamping itu juga menjadi sarana untuk melatih sikap empati
kepada sesama.
Ia juga menambahkan
manfaat lain dari saling memaafkan pertama, dapat meningkatkan kesehatan
mental. Menurut penelitian, dengan memaafkan, akan memmbuat tubuh kita lebih
rileks, dan mengurangi resiko stres serta perasaan tertekan. Kedua, mampu
mengatur ritme emosi yang lebih baik. Saling membenci dan enggan memafkan, akan
membuat seseorang berada pada fase marah secara berlebihan, sehingga sangat
sulit mengontrol emosi. Hal inilah yang kadang dapat menimbulkan resiko tekanan
darah tinggi. Sedangkan saling memafkan akan membantu mengontrol emosi yang
lebih baik.
Ketiga, meningkatkan
kesehatan jantung serta kekebalan tubuh. Seseorang yang mendiami hatinya dengan
rasa dendam dan enggan memaafkan, maka akan lebih mudah emosi. Sehingga membuat
otot-otot tubuh menjadi tegang dan irama jantungpun tidak beraturan. Bahkan
sangat berpeluang untuk meningkatkan tekanan darah tinggi. Olehnya itu saling
memafkan dapat membuat tubuh jadi lebih rileks sehingga dapat mengatur irama jantung
dengan baik. Disamping itu, saling memaafkan juga ternyata mampu meingkatkan
imun dalam tubuh.
Keempat, mendapatkan
kualiatas tidur yang jauh lebih baik. Tingkat stres yang berlebihan kerap
dikaitkan dengan masalah tidur, seperti insomnia maupun hipersomnia. Dan saling
memaafkan ternyata mampu menjadi sarana relaksasi yang dapat mengurangi tingkat
stres. Dan tentunya akan berdampak pada kualitas tidur seseorang.
Olehnya itu
saling memaafkan bukan hanya sekedar anjuran melalui teks-teks keagamaan,
melainkan sangat mempunyai manfaat yang luar biasa bagi kesehatan. Mari temukan
kembali sesuatu yang hilang dari kita yakni saling memaafkan antar sesama. Wallahu
‘alam bish shawab.
Ternate, 6 September 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar