Senin, 14 September 2020

Yang Hilang Dari Kita (Sombere’ sebagai warisan budaya pemersatu bangsa)

 Yang Hilang Dari Kita

(Sombere’ sebagai warisan budaya pemersatu bangsa)

Oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin

Sombere’ adalah sebuah istilah yang sangat populer pada masyarakat Bugis-Makassar. Bahkan salah satu mantan walikota Makassar pernah mengembalikan ruh dari istilah tersebut, mengingat maknanya makin hari kian meredup. Dan dikhawatirkan generasi muda tidak lagi paham terhadap warisan budaya tersebut.

Istilah sombere’ sendiri jika diartikan ke dalam bahasa indonesia, bisa berarti ramah, peduli,  suka mengobrol, terbuka dan mudah bergaul dengan siapa pun.  Dalam kamus populer Inggris-Makassar dan Indonesia-Makassar yang disusun oleh Drs emil Tamanduk dan Hasri, sombere’ diartikan sebagai ramah-tamah dan orang peramah disebut dengan istilah tu sombere’.

Budaya yang satu ini sejak dahulu telah dipraktikkan oleh para leluhur masyarakat Bugis-Makassar, bahkan terkadang para orang tua dahulu selalu berpesan kepada anak-anaknya untuk bergaul dengan siapa saja tanpa melihat kasta, jabatan, suku, maupun agamanya. Kini nilai-nilai budaya sombere’ sudah mulai memudar. Hal tersebut bisa ditandai dengan banyaknya orang yang tidak lagi saling menghargai, membenci bahkan saling memusuhi antar sesama, padahal kadang hanya disebabkan oleh persoalan sepeleh.

Jika ditinjau dari segi Agama (Islam), maka kita akan mendapati beberapa dalil yang berkaitan tentang bagaimana seharusnya bergaul  antar sesama. Salah satunya adalah Q.S Ali Imran: 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Terjemah:

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal”.

 

Asbab al-Nuzul dari ayat ini, berkaitan tentang respon Nabi dalam menyikapi kekalahan umat Islam pada perang Uhud. Dimana pada saat itu banyak dari kalangan umat Islam yang syahid dan sebahagiannya lagi kembali lebih awal ke Madinah tanpa mengindahkan instruksi dari Nabi saw.

Beberapa poin penting dari ayat ini telah dijelaskan oleh Ibnu Kasir dalam kitab Tafsirnya, Ia mengatakan bahwa sikap lemah lembut kepada mereka (orang-orang yang telah meninggalkan medan perang sebelum waktunya), adalah bahagian dari rahmat Allah swt untuk mu (Muhammad) dan mereka.

Sayyid Qutub menambahkan bahwa seorang pemimpin sudah sepantasnya memiliki sikap yang penuh kasih sayang, sebab manusia selalu butuh naungan. Olehnya itu belajarlah dari akhlak Rasulullah saw yang memiliki hati yang  santun serta penuh  dengan kelembutan.  Disamping itu, ayat ini juga mengajarkan kepada kita agar senantiasa memiliki sifat pemaaf, Demokratis, tawakkal, serta mengedepankan hasil musyawarah ketika hendak memutuskan perkara.

Hal yang senada juga dijelaskan pada sebuah hadis yang berasal dari riwayat Thabrani dan Daraquthni.  Nabi saw bersabda: “orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia”.

Beberapa sikap maupun sifat yang telah disebutkan pada kedua dalil di atas, menjadi bukti bahwa Sombere’ sebagai warisan budaya yang nilai-nilainya sejalan dengan perintah agama yang telah banyak dijelaskan pada teks-teks keagamaan baik itu al-Qur’an maupun Hadis Nabi. Olehnya itu kearifan lokal yang satu ini menjadi perekat dari setiap hubungan yang retak, dan dapat menghilangkan  sekat dari setiap interaksi yang ada dimasyarakat. 

Baca, Ajarkan, Amalkan, serta Lestarikan agar anak cucu kita bisa terus hidup dengan berbudaya serta lebih beradab.

والله أعلم بالصواب

Ternate 15 September 2020

2 komentar:

  1. Gaya menulisnya sudah gabungan ala Prof. Jidin dan Anhar Gonggong ini 😀👌

    BalasHapus
  2. heheh masih jauh pak Dr insya Allah semoga bisa mengikuti jejak literasi kedua maha Guru tersebut. terima kasih mohon do'a dan dukungannya Pak

    BalasHapus

asasas

 sasasasas