Pemuda Tempo Doloe VS Pemuda Jatuh Tempo
(Refleksi Hari Sumpah
Pemuda)
Setiap 28 Oktober
kita senantiasa diingatkan pada sebuah peristiwa sejarah yang sarat akan makna.
Hari ini tepat perayaannya yang ke-92 dari kongres pemuda II. Meskipun istilah
Sumpah Pemuda tidak muncul dalam putusan kongres, akan tetapi hal tersebut tetap
menjadi cikal bakal lahirnya Sumpah Pemuda.
Para pemuda
tempo dulu telah banyak mengukir prestasi baik itu bagi dirinya maupun untuk
kemajuan bangsanya. Misalnya Muhammad Yamin pemuda asal sumatera Barat yang
telah memberikan kontribusi besar untuk menumbuhkan kesadaran serta mampu mengobarkan
semangat juang para pemuda pemudi lewat kumpulan sajak-sajaknya, agar mereka
mau bersatu untuk melawan para penjajah. Dan hingga kini jasa-jasanya masih
terus dikenang sebagai salah seorang pelopor lahirnya Sumpah Pemuda.
Lain halnya
dengan Baharuddin Jusuf Habibie, yaitu
pemuda asal Sulawesi Selatan yang telah berhasil mengukir segudang prestasi di negeri
Hitler atau Nazi (Jerman). Mulai dari kejeniusannya dalam membuat kereta
pengangkut baarang dalam jumlah yang besar hingga keberhasilannya membuat
pesawat terbang. Bahkan Ia sempat dijuluki “Mr. Crack” karena berhasil
menemukan sebuah teori crack (keretakan) pada bibidang teknologi pesawat
terbang dan penemuannya ini telah dipakai oleh perusahaan maskapai di dunia. Hingga
kini beliau mencatatkan dirinya sebagai pemilik 46 hak paten di bidang
aeronautika. Desain serta konstruksi pesawat udara yang telah dipatenkan tersebut,
juga telah diakui oleh dunia Internasional.
Peringatan
sejarah Sumpah Pemuda seharusnya
tidak hanya dilakukan secara simbolis saja, melainkan harus ada kontribusi yang
jelas untuk memajukan bangsa. Bukan hanya sekedar wacana yang selalu digiring
menjadi pelengkap diskusi. Bahkan Presiden Soekarno pernah menaruh harapan
besar kepada para pemuda yang dengan lantang Ia mengatakan dalam pidatonya
bahwa “Beri Aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Dan
Beri Aku 10 Pemuda Niscaya akan Kuguncangkan
Dunia” .
Begitu pentingnya
peran pemuda dalam kemajuan bangsa, sehingga ditangannya jualah kita menaruh
harapan yang besar untuk bisa berdiri tegak sejajar dengan bangsa-bangsa yang
lainnya. Namun ketika mereka lengah dan lambat sadar diri, maka bangsanya pun
tidak akan bertaji. bahkan hanya akan menjadi jajahan serta bawahan oleh
bangsa-bangsa yang lain.
Pemuda tempo
dulu telah memperlihatkan teladan yang berarti serta mengukir segudang prestasi.
Dan mereka juga pasti berharap diri agar para pemuda masa kini dapat meneruskan
tradisi prestasi bukan sebagai bangsa yang hanya menjadi penikmat modernisasi,
serta tak bertaji dizaman yang serba canggih.
Sudah seharusnya
pemuda masa kini segera sadar diri untuk memberikan prestasi, berfikir cerdas
dan mandiri, tidak semata-mata mengandalkan kekuasaan, kekayaan ataupun
ketenaran ayah bundanya. Seperti pepatah Arab yang mengatakan
إِنَّ الفَتَى مَنْ يَقُوْلُ ها أَنَذَا # وَلَيْسَ
الفَتَى مَنْ يَقُوْلُ كَانَ أَبِي
Artinya:
“Pemuda yang Sesungguhnya adalah yang berani mengatakan inilah Aku
# dan bukan yang hanya berani mengatakan inilah Ayahku”.
Pemuda masa
kini adalah harapan bangsa. Ditangannyalah nasib serta maju mundurnya sebuah
negara. Jika kehidupannya hanya dihiasi dengan kegiatan yang tidak bermanfaat,
apalagi bermalas-malasan, maka Ia termasuk pemuda yang telah jatuh tempo. Maksudnya
adalah pemuda tersebut mati sebelum waktunya. Tentu yang dimaksud bukan mati
secara jasad melainkan mati secara prestasi. Ia tidak akan dikenang maupun
dikenal oleh generasi berikutnya. Demikanlah pemuda yang jatuh tempo yang
hanya tahu menghabiskan hari-harinya begitu saja tanpa ada hasil ataupun
prestasi. Bahkan bisa jadi Ia hanya akan menjadi beban negara.
Dengan adanya peringatan
peristiwa sejarah semacam ini, diharapkan para pemuda masa kini dengan penuh
kesadarannya, berusaha untuk menggali potensi diri agar dapat memberikan
kontribusi yang berarti serta kembali menempatkan Indonesia sebagai macan asia
yang disegani.
“Salam
Soempah Poemuda”
Ternate,
28 Oktober 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar