Komunikasi Antarsel sebagai
cerminan hidup yang lebih manusiawi
Oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin
Manusia adalah makhluk yang
diciptakan oleh Allah dengan berbagai keunikan. Salah satunya adalah adanya sel
sebagai bahan dasar pembentukan jaringan tubuh. Manusia juga mempunyai molekul
kimia yag terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk bebas dan terikat, bersifat
dinamis dan bergerak serta dapat berinteraksi membentuk unit seluler sehingga membentuk
organel yang selanjutnya membentuk sel. Jika diteliti lebih jauh, maka kita
akan mendapati stuktur anatomi jaringan tubuh manusia yang terdiri dari
berbagai sel yang hidup secara berkelompok dan dapat berkomunikasi seperti
layaknya manusia.
Disamping itu, sel juga dapat
mengeluarkan zat anti bodi untuk melawan zat racun atau toksin. Sel-sel yang
telah terkontaminasi racun, dengan cepat akan menyesuaikan diri bahkan akan
mengubah metabolismenya untuk mengatasi keadaan darurat tersebut. Hal ini
terjadi dikarenakan adanya informasi berita dari luar ke dalam sel, bahkan
sampai ke inti sel. Sinyal transduksi dapat berupa urutan reaksi kimia yang
memberitahukan berita dari luar ke dalam sel bukan saja bertujuan sebagai
pertahanan sel tersebut, melainkan termasuk program kematian sel atau apoptosis. Ajaibnya,
program apoptosis ini bersifat individual, tanpa memberikan informasi kepada
sel-sel yang lain.
Perubahan lingkungan pada
suatu sel, akan menyebabkan perubahan pada sel lainnnya. Perubahan atau sinyal
tersebut dapat berasal dari sel tetangganya
dan dapat pula bersal dari sel yang jauh, dan anehnya tidak ada komunikasi atau jalur yang memberi sinyal ke sel yang
lain kalau suatu sel akan mati.
Sebagaimana diketahui bahwa
di antara sel ada yang berumur pendek, sedang, bahkan ada pula yang berumur panjang,
sesuai dengan hidup manusia yang bersangkutan. Umur sel mukosa dan eptel kulit
hanya beberapa jam hingga hitungan hari. Adapun umur sel darah merah lebih
kurang 120 hari dan umur sel saraf dapat bertahan hingga bertahun-tahun
tergantung usia manusianya. Demikian penjelasan dari M. Nurhalim Sahib salah
seorang pakar bidang biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung.
Fenomena seluler tersebut,
mengajarkan kepada kita tentang rahasia kematian. Dimana Allah tetap menjaga
kerahasiaannya bahkan sampai ke tingkat
seluler. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS al Waqiah: 60
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا
نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ
Terjemah:
“Kami
telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan
dapat dikalahkan,” (QS. Al-Waqi’ah:60).
Imam Thabathaba’i memahami
ayat tersebut sebagai uraian tentang kekuasaan Allah dalam mengatur segala
urusan ciptaan-Nya. Ia berpendapat bahwa wujud manusia yang serba terbatas,
mulai dari awal penciptaan hingga akhir kehidupannya di dunia dengan segala hal
yang berkaitan dengannya telah diatur
sedemikian rupa oleh Allah SWT.
Para Ilmuan telah menemukan
bahwa sel-sel manusia, tumbuhan dan hewan, di dalamnya terdapat DNA genom yang
dikhususkan waktu kematian selnya. Saat para ilmuan melakukan percobaan
memperpanjang umur pada beberapa sel hewan seperti lalat, justru sel-sel
tersebut berubah menjadi sel kanker, sel tersebut bisa dikatakan mati atau
berubah menjadi sel kanker, dan berakhir dengan kematian.
Demikian halnya dengan
manusia, ketika mencoba untuk memperpanjang kehidupan sel manusia, dengan
sendirinya sel-sel akan berubah menjadi sel kanker mematikan, sehingga para
ilmuan akhirnya memutuskan bahwa kematian tidak kalah penting untuk kehidupan,
dan bahwa ia tidak pernah bisa dihentikan. Oleh sebab itu Allah befirman dalam QS. Ali Imran: 185:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْت
Terjemah:
“Setiap jiwa pasti akan merasakan mati,”
Bila pada tingkat molekul
bisa berkomunikasi dan bermasyarakat dengan baik, mengapa manusia tidak?. Hal ini
perlu kita sadari dan hayati. Adanya komunukasi antarasel dan antara molekul
itulah yang menyebabkan manusia dapat hidup normal. Berkaitan dengan hal
tersebut, telah dikembangkan pula bahwa molekul dari seseorang dapat
berinteraksi dengan molekul orang lain, bahkan molekul tertentu dapat digunakan
untuk mengenal Ibu dengan anak atau ayah dengan anaknya.
Lebih mutakhir lagi,
pengenalan antar suku dan bangsa dapat melalui melokul DNA. Demikian firman Allah
dalam QS al-Hujurat ayat 13 yang terjemahannya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”.
Olehnya
itu salah satu hikmah diciptakannya sel maupun molekul yang berbeda-beda baik
itu sifat maupun bentuknya, tidak lain agar bisa berkomunikasi. Jika sel atau
molekul dapatberkomunikasi dengan baik, mengapa manusia tidak ?. Mari berkomunikasi,
berinteraksi agar tercipta kehidupan yang lebih manusiawi.
Wallahu
‘ala>m bish Shawa>b
Ternate, 18 Oktober 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar