Manusia Statis VS Manusia Kompetitif
Oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin
Manusia
adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan sebaik-baik bentuknya. Demikian
redaksi al-Qur’an (QS al-Tin:4) mengenai hal tersebut. Namun dibalik bentuk
terbaiknya, terdapat dua jenis karakter atau tipe yang secara umum dapat mendiami
diri manusia. Yaitu, tipe manusia yang statis dan manusia kompetitif.
Makna
statis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
memperlihatkan adanya pergerakan, cenderung diam, dan tidak aktif. Sedangkan kompetitif
diartikan sebagai sesuatu hal yang berkaitan tentang kompetisi (persaingan)
atau dapat juga berarti memiliki kemauan yang keras.
Dalam
hal kaitannya dengan tipe manusia, jenis manusia yang statis terkadang
menyandarkan segala ketergantungan hidupnya baik itu pada kelompok, lembaga
atau seseorang yang memberinya naungan. Dan bahkan sangat tergantung pada
kondisi lingkungannya. Tipe seperti ini juga terkadang memiliki karakter yang mudah
puas terhadap sesuatu, malas mengembangkan imajinasi menjadi prestasi, dan
bahkan lebih mendominasi kebiasaan buruknya seperti tidur pulas, dalam artian tertidurnya
ide-ide cemerlang hingga brilian, dan akhirnya cita-cita hanyalah tinggal
sebatas harapan serta garapan yang takkan pernah kesampaian.
Hal yang
berbeda ditunjukkan oleh tipe manusia kompetitif, dimana tipe yang satu ini
memiliki pendirian serta kemandirian yang diwujudkan dalam bentuk amal/
perbuatan (action) dengan berorientasi pada prestasi atau hasil usaha. Manusia yang
memiliki jiwa kompetitif senantiasa aktif serta kreatif dalam mengelola hidup,
tidak mengemis-ngemis untuk mendapatkan fasilitas, apalagi mewujudkan sesuatu
dengan jalan pintas.
Berhadapan
dengan sebuah resiko bukan menjadi sebuah persoalan. Karena bagi tipe manusia
kompetitif menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang lumrah atau wajar. Mereka
punya prinsip bahwa tidak ada orang yang sukses tanpa memliki keberanian untuk
mengambil resiko, tentunya melalui perhitungan yang jelas. Dan menjadi sebuah
kebanggaan tersendiri bila amal perbuatan terealisasi dengan usaha secara
mandiri. Ketika diukur dengan sebuah evaluasi atau supervisi, dengan bangga dan
mendabik dada meraka seraya mengucap syukur kepada sang maha kuasa atas segala
karunia, serta telah mengangkat gengsi (prestise) dan harga diri.
Olehnya
itu tipe manusia statis membutuhkan bimbingan yang khusus untuk mengembangkan
setiap ide-ide atau gagasan. Hal ini dimaksudkan agar supaya setiap angan dan cita-citanya
dapat terealisasi atau tertuang dalam bentuk amal perbuatan, bukan hanya
sekedar bunga-bunga impian yang tak kunjung kesampaian.
Demikian
juga dengan tipe manusia kompetitf, agar terus mengembangkan daya kreasi serta
imajinasi, hingga memelihara sebuah tradisi yang positif , serta meningkatkan
prestasi agar mampu memiliki daya saing.
Ternate, 4
Oktober 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar