Sabtu, 03 Oktober 2020

Manusia Statis VS Manusia Kompetitif

 Manusia Statis VS Manusia Kompetitif

Oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin

 

Manusia adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan sebaik-baik bentuknya. Demikian redaksi al-Qur’an (QS al-Tin:4) mengenai hal tersebut. Namun dibalik bentuk terbaiknya, terdapat dua jenis karakter atau tipe yang secara umum dapat mendiami diri manusia. Yaitu, tipe manusia yang statis dan manusia kompetitif.

Makna statis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia  diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak memperlihatkan adanya pergerakan, cenderung diam, dan tidak aktif. Sedangkan kompetitif diartikan sebagai sesuatu hal yang berkaitan tentang kompetisi (persaingan) atau dapat juga berarti memiliki kemauan yang keras.

Dalam hal kaitannya dengan tipe manusia, jenis manusia yang statis terkadang menyandarkan segala ketergantungan hidupnya baik itu pada kelompok, lembaga atau seseorang yang memberinya naungan. Dan bahkan sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Tipe seperti ini juga terkadang memiliki karakter yang mudah puas terhadap sesuatu, malas mengembangkan imajinasi menjadi prestasi, dan bahkan lebih mendominasi kebiasaan buruknya seperti tidur pulas, dalam artian tertidurnya ide-ide cemerlang hingga brilian, dan akhirnya cita-cita hanyalah tinggal sebatas harapan serta garapan yang takkan pernah kesampaian.   

Hal yang berbeda ditunjukkan oleh tipe manusia kompetitif, dimana tipe yang satu ini memiliki pendirian serta kemandirian yang diwujudkan dalam bentuk amal/ perbuatan (action) dengan berorientasi pada prestasi atau hasil usaha. Manusia yang memiliki jiwa kompetitif senantiasa aktif serta kreatif dalam mengelola hidup, tidak mengemis-ngemis untuk mendapatkan fasilitas, apalagi mewujudkan sesuatu dengan jalan pintas.

Berhadapan dengan sebuah resiko bukan menjadi sebuah persoalan. Karena bagi tipe manusia kompetitif menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang lumrah atau wajar. Mereka punya prinsip bahwa tidak ada orang yang sukses tanpa memliki keberanian untuk mengambil resiko, tentunya melalui perhitungan yang jelas. Dan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bila amal perbuatan terealisasi dengan usaha secara mandiri. Ketika diukur dengan sebuah evaluasi atau supervisi, dengan bangga dan mendabik dada meraka seraya mengucap syukur kepada sang maha kuasa atas segala karunia, serta telah mengangkat gengsi (prestise) dan harga diri.

Olehnya itu tipe manusia statis membutuhkan bimbingan yang khusus untuk mengembangkan setiap ide-ide atau gagasan. Hal ini dimaksudkan agar supaya setiap angan dan cita-citanya dapat terealisasi atau tertuang dalam bentuk amal perbuatan, bukan hanya sekedar bunga-bunga impian yang tak kunjung kesampaian.

Demikian juga dengan tipe manusia kompetitf, agar terus mengembangkan daya kreasi serta imajinasi, hingga memelihara sebuah tradisi yang positif , serta meningkatkan prestasi agar mampu memiliki daya saing.

 

Ternate, 4 Oktober 2020

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

asasas

 sasasasas