Sabtu, 13 Februari 2021

Valentine’s Day: Kisah Kasih Sayang Yang Tak Dirindukan

 

Valentine’s Day: Kisah Kasih Sayang Yang Tak Dirindukan

Oleh :

Muhammad Irfan Hasanuddin



 

Istilah valentine’s day tentu tidak asing lagi ditelinga, utamanya pada kaum milenial. Valentine’s day  atau  biasa dikaitkan dengan istilah hari kasih sayang yang biasanya dirayakan pada setiap 14 februari. Bentuk perayaannya pun beragam. Mulai dari saling tukar menukar kartu yang diberi ucapan happy valentine atau diberi simbol hati, hingga memberikan hadiah berupa makanan (cokelat) atau bunga mawar kepada orang yang disayangi.

Di Amerika maupun di Eropa, tradisi bertukar kartu mulai populer pada tahun 1847 dimana kartu ucapan tersebut dicetak secara massal oleh Esther A. Howland (1828-1904) ahli percetakan asal Inggris. Tradisi ini pun terus berkembang hingga masuk ke wilayah asia. Namun tradisi yang berbeda dilakukan oleh orang Jepang, dimana para wanita memberikan cokelat kepada pria yang ia senangi. Mereka menamai tradisi tersebut dengan istilah giri choko. Menurut masyarakat setempat, hal tersebut sudah menjadi kewajiban bagi para wanita di Jepang. Bahkan mereka rela mengeluarkan dana yang besar demi memberikan hadiah kepada teman lelakinya. Hal tersebut sesuai dengan makna giri yaitu kewajiban, sedangkan choco bermakna coklat.

Bagimanapun populernya perayaan tersebut, ternyata ada juga yang menolak bahkan sampai mengharamkannya. Sebab menurut mereka, kegiatan tersebut bukan bahagian dari ajaran Islam. Misalnya saja di Malaysia pada tahun 2011, pihak berwajib agama Malaysia menangkap lebih dari 100 pasangan muslim yang sedang merayakan hari kasih sayang tersebut. Bukan hanya Malaysia, para tokoh agama di Arab Saudi pun ikut mengharamkan segala benda-benda atau barang yang terkait dengan perayaan valentine.

Dari beberapa referensi yang penulis dapatkan, ditemukan sebuah sumber bahwa penamaan valentine diambil dari salah satu nama santo atau orang yang dianggap suci dari kalangan kristen yang memiliki kisah cinta yang tragis. kisah tersebut terjadi pada masa kekaisaran Romawi tepatnya abad ke 2 masehi. Dengan banyaknya versi kisah yang beredar, membuat setiap orang berbeda dalam memberikan wawasan tentang hal tersebut.

Olehnya itu sebahagian orang enggan melakukan perayaan valentine, sebab hal tersebut hanyalah kisah yang tidak begitu penting untuk diperingati, bahkan sebahagian yang lainnya menganggap perayaan tersebut sebagai virus yang dapat membahayakan generasi muda. Hal ini sejalan dengan fatwa majelis Ulama (MUI) nomor 3 tahun 2017, dimana umat Islam diberi peringatan agar tidak merayakan valentine, sebab hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan tidak sedikit dari penganutnya yang melakukan hubungan suami istri diluar nikah. Disisi lain hal tersebut bahagian dari tasyabbuh atau meniru perilaku kaum tertentu.

Dalam ajaran Islam, istilah kasih sayang tidak hanya terbatas pada 14 februari saja, bahkan dianjurkan untuk saling mengasihi setiap saat tanpa adanya batasan waktu tertentu, bukan hanya kepada sesama manusia, termasuk  kepada alam maupun  hewan. Salah satu ayat yang dijadikan dasar untuk berlaku kasih sayang kepada sesama adalah firman Allah dalam QS Ali Imran ayat 159

 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Terjemah:

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal”.

 Ayat ini berkenan dengan peristiwa pelanggaran kaum muslimin pada perang Uhud yang mengakibatkan kalahnya pasukan Islam dalam melawan kaum kafir Quraisy. Kekalahan yang dialami oleh umat Islam tersebut, bukan disebabkan karena tidak adanya strategi atau pasukan yang terlatih, akan tetapi ada hal lain yang dilanggar oleh kaum muslimin pada saat itu hingga akhirnya menimbulkan kemarahan oleh sebahagian umat Islam lainnya.

 Disebutkan dalam tafsir al-Misbah, bahwa ada banyak alasan mengapa manusia emosi bahkan pantas marah ketika menyaksikan perang tersebut. Namun lebih banyak pula bukti-bukti bahwa Nabi saw memiliki kelemah lembutan dalam menghadapi ummatnya. Hal tersebut tergambar ketika Nabi melakukan musyawarah kepada para sahabatnya, walaupun keputusan tersebut kurang berkenan dihati Nabi saw. Beliau tidak sedikitpun memaki apalagi mempersalahkan para pemanah yang telah meninggalkan markasnya.

Di dalam peristiwa tersebut, Nabi saw ingin memperlihatkan kepada ummatnya bahwa kasih sayang dari Allah amatlah besar. Sebagaimana penggunaan kata rahmah yang berbentuk infinitif (nakirah) pada ayat di atas, memiliki makna yang tidak terbatas. Olehnya itu beberapa poin penting yang bisa dijadikan sebagai bahan renungan dari ayat tersebut antara lain:

  1.   Sebesar apapun kesalahan yang dilakukan oleh seseorang, maka berilah maaf dan berlapang dadalah serta belajar ikhlas untuk menerimanya, walaupun kita pantas marah pada hal tersebut.
  2. Rasulullah saw sebagai suri teladan yang baik telah memberikan contoh yang sangat berharga, bukan hanya berlaku lemah lembut kepada umat Islam, termasuk musuh Islampun Ia  masih menaruh rasa simpati.
  3. Meskipun berpredikat sebagai Nabi dan Rasul, beliau tetap melakukan musyawarah dengan orang lain dan bahkan menghargai setiap keputusan yang ada tanpa menyalahkan pendapat yang lainnya.
  4. Saling berkasih sayang antar sesama sudah menjadi kewajiban pada setiap insan manusia. Bukan hanya itu, alam hingga hewanpun wajib berlaku kasih sayang kepadanya.

Dari ayat ini, kita dapat belajar bahwa berlaku kasih sayang dalam ajaran Islam tidak hanya digambarkan pada momen-momen tertentu, seperti halnya perayaan valentine. Memberi ucapan selamat hingga memberi hadiah memang sangat dianjurkan, namun bukan hanya pada perayaan itu saja, melainkan setiap saat/ waktu kita wajib melakukannya. Saling berbagi antar sesama adalah bahagian dari menjalin ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim), wathaniyah (sebangsa/ setanah air), maupun makhlukiyah (sesama makhluk lainnya).

Mengenai perayaan valentine biarlah menjadi sebuah tradisi yang memiliki keunikan sendiri, bukan sesuatu yang harus diikuti. Sebab berlaku kasih sayang bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, tidak terikat ruang dan waktu. Dan yang lebih penting lagi bukan bagaimana cara kita merayakannya, akan tetapi lebih kepada bagaimana cara kita mengekspresikannya, apakah sudah sesuai dengan syariat atau hanya dapat membuat celaka dunia akhirat.

والله أعلم بالصواب

 

Ternate, 14 Februari 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

asasas

 sasasasas