Jumat, 12 Februari 2021

4 Musuh Hebat Yang Menghantui Setiap Hari

 



4 Musuh Hebat Yang Menghantui Setiap Hari

Oleh :

Muhammad Irfan Hasanuddin

 

 

Jum’at malam tak sengaja saya membuka sebuah buku sederhana yang membahas sebuah do’a yang diajarkan oleh Nabi saw kepada salah seorang pemuda dari kalangan anshar. Do’a tersebut berbunyi:


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ، وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Artinya:

            "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemurungan dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan serta kemalasan, dan  aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan serta kekikiran, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang serta tekanan dari orang lain ."

Dalam do’a tersebut, setidaknya ada empat hal yang menjadi permohonan utama yaitu: memohon agar terhindar dari kebingungan/ kesedihan, kelemahan/ kemalasan, rasa takut dan pelit, serta berhutang dan tertekan (terjajah) oleh orang lain.

Secara tidak langsung, ternyata keempat hal tersebut telah menjelma menjadi musuh yang merebut kebahagiaan kita setiap hari. (Hamm wa hazn) adalah kemurungan dan kesedihan , dalam artian sedih karena memikirkan perkara-perkara yang telah terjadi, bahkan menyesalinya dengan rasa yang berlebihan, hingga akhirnya iapun larut dalam kesedihan.

Dalam kesedihan tersebut, ia terjebak dalam rasa lemah serta malas (ajz wal kasal),  bahkan perasaan tersebut bisa saja lebih mendominasi dalam diri, serta sulit menghadapi tantangan hidup yang datang silih berganti, ditambah lagi dengan pekerjaan yang tak kunjung terselesaikan, hanya terus menumpuk dan menumpuk memenuhi alam pikiran dan akhirnya merasa sangat mustahil untuk diselesaikan.

Dari dua point sebelumnya, ternyata dapat mengantarkan kita kepada rasa takut dan pelit (jubn wal bukhl). Mental baja yang sebelumnya mendiami dalam diri, seketika berubah drastis menjadi rasa takut, takut menghadapi kenyataan bahkan hari esok. Akhirnya melahirkan sikap eksklusif, dan cenderung menghindar ketika berinteraksi dengan orang lain, bahkan tidak mau berbagi apapun yang ia miliki. Tidak sampai disitu, ternyata point berikutnya akan menjadikan kita manusia yang senantiasa berhutang dan memiliki mental terjajah (ghalabah addain wa qahr rijal). Dan akhirnya kita pun akan kehilangan kebebasan hidup, bahkan nyaris hidup kita tergadai di tangan orang lain.

Jangan biarkan hal-hal tersebut menguasai hidup kita. Usahakanlah disetiap kita terbangun pada pagi hari hingga tertidur kembali di malam hari, bersiap siaga untuk menghadapi musuh tersebut. Setidaknya ada beberapa hal sederhana yang dapat kita lakukan di samping membaca do’a  tersebut, antara lain:

1.      Berusaha keras untuk mengusir rasa takut dan murung dengan cara membesarkan rasa syukur dan ridha dalam diri. Bersyukurlah dengan apa yang telah kita rasa, punya rumah, keluarga, kendaraan, pekerjaan, bahkan bisa bangun kembali dari tidur itupun termasuk hal yang patut kita syukuri. Dan jangan lupa untuk ridha atas apa yang telah terjadi.

2.      Mengusir rasa lemah dan malas dengan mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Bukan memikirkan apa yang harus dikerjakan. Mulailah dari hal yang terkecil step by step. Belajarlah untuk menikmati setiap proses yang dijalani, adapun hasilnya, anggaplah hal tersebut sebagai bonus. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang ahli hikmah bahwa sukses itu sederhana, yaitu ketika kita akan tidur, dan melihat pekerjaan kita seharian telah terselesaikan.

3.      Lawan rasa takut dengan berani menghadapinya bukan menghindarinya. Seorang pemberani bukanlah seorang yang tak punya rasa takut, akan tetapi dikatakan seorang pemberani itu jika dapat menaklukkan rasa takutnya. Ada yang mengatakan bahwa khawatir itu terbuat dari 90% imajinasi yang kita dramatisasi, dan 10% nya lagi adalah fakta yang tidak jelas kebenarannya. Dan usirlah sifat bakhil dengan banyak bersedekah. Berusahalah untuk melatihnya dengan mengedepankan rasa gembira saat ada orang yang meminta bantuan, serta anggaplah hal tersebut sebagai sarana yang dikirim oleh Tuhan untuk melatih sifat kedermawanan kita.    

4.      Nasehat yang terakhir adalah hindari berutang dan menjadi budak yang menggantungkan nasib pada orang lain. jadilah manusia yang bebas, dalam artian bebas dari keinginan yang melebihi kebutuhan. Hiduplah dengan sederhana apa adanya tanpa harus membebani pikiran dengan istilah “ada apanya”.

 

Ternate, 13 Februari 2021

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

asasas

 sasasasas