4 Musuh Hebat Yang Menghantui Setiap Hari
Oleh :
Muhammad Irfan
Hasanuddin
Jum’at
malam tak sengaja saya membuka sebuah buku sederhana yang membahas sebuah do’a
yang diajarkan oleh Nabi saw kepada salah seorang pemuda dari kalangan anshar. Do’a
tersebut berbunyi:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ،
وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ
وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ، وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Artinya:
"Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemurungan dan kesedihan, dan aku berlindung
kepada-Mu dari kelemahan serta kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan serta
kekikiran, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang serta tekanan dari orang
lain ."
Dalam do’a tersebut, setidaknya ada empat hal
yang menjadi permohonan utama yaitu: memohon agar terhindar dari kebingungan/
kesedihan, kelemahan/ kemalasan, rasa takut dan pelit, serta berhutang dan tertekan
(terjajah) oleh orang lain.
Secara tidak langsung, ternyata keempat hal
tersebut telah menjelma menjadi musuh yang merebut kebahagiaan kita
setiap hari. (Hamm wa hazn) adalah kemurungan dan kesedihan , dalam
artian sedih karena memikirkan perkara-perkara yang telah terjadi, bahkan
menyesalinya dengan rasa yang berlebihan, hingga akhirnya iapun larut dalam
kesedihan.
Dalam kesedihan tersebut, ia terjebak dalam rasa
lemah serta malas (ajz wal kasal), bahkan perasaan tersebut bisa saja lebih mendominasi
dalam diri, serta sulit menghadapi tantangan hidup yang datang silih berganti,
ditambah lagi dengan pekerjaan yang tak kunjung terselesaikan, hanya terus
menumpuk dan menumpuk memenuhi alam pikiran dan akhirnya merasa sangat mustahil
untuk diselesaikan.
Dari dua point sebelumnya, ternyata dapat mengantarkan
kita kepada rasa takut dan pelit (jubn wal bukhl). Mental baja yang
sebelumnya mendiami dalam diri, seketika berubah drastis menjadi rasa takut,
takut menghadapi kenyataan bahkan hari esok. Akhirnya melahirkan sikap eksklusif,
dan cenderung menghindar ketika berinteraksi dengan orang lain, bahkan tidak
mau berbagi apapun yang ia miliki. Tidak sampai disitu, ternyata point
berikutnya akan menjadikan kita manusia yang senantiasa berhutang dan memiliki mental
terjajah (ghalabah addain wa qahr rijal). Dan akhirnya kita pun akan
kehilangan kebebasan hidup, bahkan nyaris hidup kita tergadai di tangan orang
lain.
Jangan biarkan hal-hal tersebut
menguasai hidup kita. Usahakanlah disetiap kita terbangun pada pagi hari hingga
tertidur kembali di malam hari, bersiap siaga untuk menghadapi musuh tersebut. Setidaknya
ada beberapa hal sederhana yang dapat kita lakukan di samping membaca do’a tersebut, antara lain:
1.
Berusaha keras untuk mengusir rasa
takut dan murung dengan cara membesarkan rasa syukur dan ridha dalam diri. Bersyukurlah
dengan apa yang telah kita rasa, punya rumah, keluarga, kendaraan, pekerjaan,
bahkan bisa bangun kembali dari tidur itupun termasuk hal yang patut kita
syukuri. Dan jangan lupa untuk ridha atas apa yang telah terjadi.
2.
Mengusir rasa lemah dan malas dengan
mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Bukan memikirkan apa yang harus
dikerjakan. Mulailah dari hal yang terkecil step by step. Belajarlah untuk menikmati
setiap proses yang dijalani, adapun hasilnya, anggaplah hal tersebut sebagai
bonus. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang ahli hikmah bahwa sukses itu sederhana,
yaitu ketika kita akan tidur, dan melihat pekerjaan kita seharian telah
terselesaikan.
3.
Lawan rasa takut dengan berani
menghadapinya bukan menghindarinya. Seorang pemberani bukanlah seorang yang tak
punya rasa takut, akan tetapi dikatakan seorang pemberani itu jika dapat menaklukkan
rasa takutnya. Ada yang mengatakan bahwa khawatir itu terbuat dari 90%
imajinasi yang kita dramatisasi, dan 10% nya lagi adalah fakta yang tidak jelas
kebenarannya. Dan usirlah sifat bakhil dengan banyak bersedekah. Berusahalah
untuk melatihnya dengan mengedepankan rasa gembira saat ada orang yang meminta
bantuan, serta anggaplah hal tersebut sebagai sarana yang dikirim oleh Tuhan
untuk melatih sifat kedermawanan kita.
4.
Nasehat yang terakhir adalah hindari
berutang dan menjadi budak yang menggantungkan nasib pada orang lain. jadilah
manusia yang bebas, dalam artian bebas dari keinginan yang melebihi kebutuhan. Hiduplah
dengan sederhana apa adanya tanpa harus membebani pikiran dengan istilah “ada
apanya”.
Ternate, 13 Februari 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar