Syaitan Terbelenggu
Tapi Peluang Maksiat Tetap Menggebu
.........إِذَا جَاءَ
رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Artinya:
“ketika masuk bulan ramadhan, maka pintu-pintu surga
dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syaitan-syaitan telah dibelenggu” (HR
Bukhari no 1899 & Muslim no 1079).
Potongan hadis di atas tentu tidak asing lagi bagi kita,
hampir setiap datangnya bulan suci ramadhan, para Khatib/penceramah mengutip
hadis tersebut. Dan sebahagian masyarakatpun meyakini benar adanya bahwa pintu
surga dibuka dan pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan tidak diberi ruang
sedikitpun untuk melakukan aksi dikarenakan mereka telah terbelenggu.
Ada hal penting yang dapat kita garis bawahi, yaitu kalimat
“syaitan-syaitan telah dibelenggu”. Pertanyaan yang berkembang
berikutnya adalah, apakah memang benar syaitan itu terbelenggu ? sehingga
maksiatpun terminimalisirkan atau bahkan nyaris tak diberitakan karena tidak
adanya pelaku maksiat?. Ternyata hadis tersebut tidak bisa dipahami secara
tekstual, sebab faktanya dilapangan ternyata masih banyak pelaku kriminal yang
melakukan aksi. Contoh sederhana saja yang sering tejadi di masyarakat, kadang ada
yang kehilangan alas kaki ketika ikut berjamaah dimasjid. Padahal ini kan bulan
suci ko’ masih ada bisikan-bisikan syaitan yang telah mempengaruhi pelakunya
untuk melakukan aksi pencurian tersebut.
Sebahagian ulama sebenarnya telah memberikan klarifikasi
mengenai hal tersebut, bahwa hadis itu tidak bisa dipahami secara tekstual,
melainkan harus dipahami secara kontekstual. Pengertian “pintu” di sini
bukanlah seperti pintu yang kita lihat setiap hari, akan tetapi merupakan
bahasa majaz (kiasan) yang memiliki
makna dibukanya “kesempatan” atau “peluang” sesuai dengan penggunaan kata marhaban
ketika menyambut bulan suci ramadhan yang memiliki makna lapang atau
luas. Artinya kita diberikan kesempatan untuk memperbanyak amal ibadah selama
bulan ramadhan dan menjadikan setiap waktu luang menjadi peluang untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah swt.
Demikian halnya dengan makna terbelenggunya syaitan yang
dipahami sebagai makna kiasan yang menunjukkan keterbatasan akses untuk
melakukan perbuatan maksiat. Hal ini dikarenakan adanya proses pengendalian
hawa nafsu selama melakukan ibadah puasa, akan tetapi hal tersebut bukan sebuah
jaminan kepada seseorang untuk terhindar dari perbuatan maksiat. Bisa jadi ketika
Ia fokus melakukan ibadah, maka akan berdampak kepada perilaku kesehariannya.
Namun bisa jadi pula Ia mengabaikan ibadah selama bulan suci, dan tetap melakukan maksiat sebagaimana
bulan-bulan lainnya. Semuanya diserahkan kepada pribadi masing-masing apakah ia
mampu membelenggu syaitannya (hawa nafsunya) atau bisa jadi ia akan diperbudak
oleh syaitan (memperturutkan hawa nafsunya).
Meskipun bulan suci ramadhan dinilai sebagai ladang untuk
memperoleh peluang kebaikan, akan tetapi tidak sedikit juga yang menjadikannya
sebagai ladang uang. Ia hanya fokus mencari keuntungan dunia semata dan
menggadaikan keuntungan akhiratnya. Padahal bulan ramadhan memberi ruang untuk
menjadi seorang mujahid (pejuang). Tentu yang dimaksudkan adalah
berjuang untuk mengendalikan hawa nafsu ammarah/lawwamah (labil) untuk
mencapai derajat muthmainnah (stabil).
Dengan genjotan latihan yang dilakukan selama ramadhan,
akan menjadikan pribadi seseorang memiliki kestabilan watak yang menjadi salah
satu penentu kemenangan dalam sebuah perjuangan. Hal ini telah di sampaikan
oleh Rasulullah saw dalam sebuah sabdanya ketika selesai dari perang badar. Beliau
mengatakan bahwa “kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad yang
besar, sahabat bertanya ? apakah yang dimaksud dengan jihad akbar (besar) itu
?, Rasulullah saw menjawab: jihad akbar itu adalah jihad melawan hawa nafsu.
Olehnya itu dengan adanya bulan
suci ramadhan, kita diberikan peluang yang seluas-luasnya untuk menggarap
amalan ibadah sebagai bekal menuju akhirat, dan kesempatan untuk membelenggu
hawa nafsu semakin besar, sehingga pintu kemenanganpun dengan mudahnya akan
kita raih. Wallahu ‘alam bish shawab.
Ternate, 25 April 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar